"Adit...?" tanya Ariska penuh dengan ketidakpercayaan.
Ariska begitu tak menyangka Adit lebih memlih untuk menolong Sinta daripada terus berada di sampingnya. Ia menganga tak percaya.
Setelah membantu Sinta berdiri, Adit kembali menemui Ariska.
"Ris, tadi.."
"Nggak kenapa Dit. Kamu bantu aja dulu Sinta dari wanita iblis itu!" kata Ariska sambil menunjuk Vira.
Vira begitu marah.
"Siapa yang lo bilang wanita iblis??!"
Ariska tak menggubris perkataan Vira. "Dit, aku tunggu di kantin rumah sakit ini ya.." Ariska pergi meninggalkan Adit, Sinta, dan Vira.
"Mau kemana lo? Kabur begitu aja?" teriak Vira
"Vir, lo kayak orang yang nggak berpendidikan banget! Lo sadar ini dimana? Rumah sakit! Ada ya, cewek kayak lo! Berani sekali lagi lo sakiti Sinta, gue bakal buat perhitungan sama lo! Sayangnya lo cewek, gue nggak mungkin pukul lo.." kata Adit
"Kenapa? Lo mau pukul gue?? Ayo pukul!!!"
"Sin, kita pergi saja." ajak Adit
Sinta dan Adit pergi begitu saja. Mereka tak menganggap Vira.
"Aaarrrgggghhhh!!!!!! Sinta... Awas lo!!! Lo belum tau gue siapa!" Vira memekik
Adit mengejak Sinta keluar rumah sakit.
"Lebih baik lo pulang. Gue anter ya?" kata Adit
"Nggak perlu. Aku naik bus saja. Lagian kan Ariska nungguin kamu."
"Ariska? Dia bisa nunggu. Dia pasti mengerti kok. Ayo!!"
"Bener-bener nggak kenapa?" tanya Sinta ragu
"Iya. Ayo! Gue anterin lo pulang."
Akhirnya Adit mengajak Sinta pulang naik motornya.
Di perjalanan...
"Sin, kemaren gue bilang ke tante gue kalo gue dapet beasiswa ke Australia."
"Terus tante kamu bilang gimana?"
"Dia nggak setuju Sin. Dia tetep nyuruh gue tinggal di Indonesia. Tapi... Gue pengen banget kuliah di sana. Gimana ini Sin?"
"Dit, kamu harus bisa mengambil keputusan! Kamu harus tegas. Semua jawabannya ada di hati lo paling dalam."
Adit terdiam seribu bahasa. Yakin ini yang ia inginkan? Jika ia kuliah di Australia, ia harus meninggalkan semuanya yang ada di Indonesia. Teman-teman Adit, Tante Ratih, Ariska, dan..... Sinta? Yang terakhir ini membuat Adit berpikir ulang beribu-ribu kali lagi. Sanggupkah ia meninggalkan Sinta? Adit tak dapat menjawabnya sekarang. Hatinya begitu kacau.
Hati Sinta juga demikian. Ia tak ingin berpisah dengan Adit. Adit terlalu baik pada dirinya. Ia selalu membela dirinya sewaktu dijahili oleh Vira dan kawannya itu. Jika Adit tidak ada, siapa yang akan menolong dirinya? Rafael? Tidak mungkin! Vira itu suka sama Rafael. Kalau Sinta semakin dekat dengan Rafael, pasti akan membahayakan bagi Sinta sendiri. Mengingat Vira orangnya nekad melakukan apa saja demi mempertahankan Rafael..
"Sin, gue udah dapet jawabannya!"
"Oh ya?"
"Iya. Gue putuskan... Akan ngeyakinin Tante Ratih supaya gue diijinin kuliah di Australia!!"
Kata-kata Adit seperti petir di siang bolong bagi Sinta. Ia lemas seketika setelah mendengar kata-kata Adit. Ya, tapi itu adalah keputusan Adit... Ia tidak dapat mengganggunya. Sinta hanya dapat pasrah...
"Iya Dit. Semoga itu keputusan yang tepat." kata Sinta
Sementara itu Ariska masih menunggu Adit di kantin rumah sakit. Ia begitu cemas karena Adit tidak segera menyusulnya. Ia sudah mencoba menghubungi handphone Adit. Namun Adit tak menjawab panggilannya. Ariska benar-benar khawatir.
"Adit kemana ya? Kenapa begitu lama? Apa dia masih cekcok sama Vira?"
Namun Ariska tetap setia menunggu Adit.. Di kantin rumah sakit, tetap menunggu Adit....
Berapa lama lagi Ariska harus menunggu? Tunggu jawabannya di CINTA DAN BENCI eps 47!!!
-----BERSAMBUNG-----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI [COMPLETED]
RomanceSinta menyukai Adit yang ternyata sudah memiliki kekasih.