Setelah kejadian sewaktu presentasi tadi, Sinta benar-benar tak dapat mengucapkan sepatah katapun. Bibirnya terasa berat untuk mengucapkan kata-kata. Ia hanya dapat termangu di jalan menunggu mikrolet atau bus yang lewat.
Tiba-tiba, motor Adit tepat melintas di depan Sinta.
"Sin! Ayo!! Hari ini gue ada test wawancara!!"
"Duh, gimana ya..."
"Ayolah Sin... Gue mohon. Temenin gue."
"Eeemmm... Ya deh!" kata Sinta sambil tersneyum.
"Nah gitu donk! Pake malu-malu kucing lagi... Ayo naik!" kata Adit
Sinta pun naik ke motor Adit. Adit segera mengendarai motornya ke suatu tempat.
"Ini kan kantor kedutaan Australia?" Tanya Sinta
Adit mengangguk.
"Kamu di sini test?"
Adit mengangguk lagi. "Ayo masuk!!"
Adit dan Sinta masuk ke dalam gedung itu. Ternyata, di dalam gedung itu terdapat banyak sekali orang yang mungkin ingin ikut beasiswa yang Adit ikuti.
"Berapa nomor antreannya?"
"Ini. Sesuai sama nomor pendaftarannya.. Agak lama dikit sih.. Ya, sabar aja!" kata Adit
"E, Dit."
"Ada apa?"
"Kamu yakin mau kuliah di Aussie?"
"Sure. Gue pengen banget kuliah di sana. Gue mau cari pengalaman di sana."
"Apa... Apa di Indonesia nggak ada tempat kuliah yang cocok buat kamu?"
"Bukannya nggak ada yang cocok. Sebenernya gue berat ninggalin Indonesia. Tapi, ini kan demi masa depan gue. Gue mau nyari pengalaman belajar di Negara orang. Jadi, doa'in gue ya supaya gue lolos!!"
Sinta berpikir sejenak lalu mengangguk dengan mantap. "Tentu."
Sebenarnya, dengan berat hati Sinta mengatakan itu. Namun, Sinta berpikir lebih matang. Dirinya bukan siapa-siapa Adit. Dia tak mungkin mencegah Adit untuk menggapai cita-citanya.
"Dit, nanti kamu di test apa?"
"Beberapa hari yang lalu sih, gue ditest reading sama listening bahasa Inggris. Tapi ada soal matematikanya dikit gitu.. Tapi gue beruntung karena gue bias lolos. Ya,, walau peringkat 5 terbawah sihh... Tapi, sekarang gue bakal di interview. Dan gue yakin, gue bakal nunjukin kemampuan berbahasa Inggris gue."
"Ya, kamu pasti bisa Dit! Semangat!!!"
Tak lama setelah itu, nama Adit dipanggil.
"Sin, gue masuk dulu ya.. Inget doa'in gue supaya gue bisa!!"
"Yup!! Semangat Dit!!!!"
Adit pun segera masuk ke dalam ruangan interwiew. Sinta menunggu dengan cukup gelisah. Di satu sisi, ia ingin Adit berhasil lolos, namun di sisi lain, ia tak ingin Adit pergi ke Australia. Ini sungguh membingungkan. Hati Sinta benar-benar dilema. Ia hanya dapat berdoa agar Adit mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Hnaya itu yang dapat ia lakukan.
15 menit telah berlalu. Namun Adit belum juga keluar dari ruangan itu. Sinta mulai dilanda cemas. Apa yang terjadi pada Adit di ruangan itu? Namun, pertanyaan Sinta akhirnya terjawab. Taka lama setelah ia berkeluh kesah, Adit keluar dari ruangan itu dengan sumringah. Senyumnya mengembang. Seketika hati Sinta langsung down...
Bagaimanakah wawancara yang dilakukan Adit? Apakah berhasil? Dan apakah Adit akan benar-benar pergi ke Australia? Simak terus CINTA DAN BENCI eps31!!!
-----BERSAMBUNG-----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI [COMPLETED]
RomanceSinta menyukai Adit yang ternyata sudah memiliki kekasih.