Sinta menangis sesenggukan. Ia duduk di lantai gudang kampusnya. Entah berapa kilo debu yang telah ia hirup di sana. Sesekali ia terbatuk karena debu itu mengganggu tenggorokannya. Tak henti-hentinya Sinta meminta bantuan sampai-sampai suaranya menjadi serak. Mungkin saja pita suaranya sudah kendor sebab dari 5 jam yang lalu ia berteriak minta tolong. Namun hasilnya nihil!
"Tolong... Tolong keluarkan saya dari sini. Saya mohon...." Sinta menangis pasrah.
Tiba-tiba, Sinta melihat seseorang melemparkan sesuatu dari arah jendela berterali besi yang ada di dalam gudang itu. Melihat itu, Sinta langsung menghampiri jendela itu lalu berteriak minta tolong kembali. Dengan sisa-sisa suaranya, ia mulai berteriak sekencang-kencangnya.
"Tolong!!!!!!!!!! Siapapun di sana tolong saya!!!!!!!!!!!!! Saya mohon... Tolong saya!!!!!!!!!!!" Sinta menjerit histeris. Badannya ia rebahkan di lantai yang kotor. Ia kembali menangis. "Tolong.. Saya lapar. Saya ingin keluar dari sini."
Sinta melihat apa yang dilempar oleh orang tadi. Ketika diamati lebih jelas, Sinta melihat sepotong daging mentah yang sudah membusuk. Ia melihat beberapa ulat mulai keluar masuk dari dalam daging itu. Melihat itu, seketika Sinta menjadi mual dan jijik.
"Nggak... Nggak mungkin aku makan itu! Tolongg!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Siapapun, tolong saya!!!!!!!!! Saya ada di dalam gudang ini!!!!!!!!!!!!!!" Sinta berteriak kembali. Tapi tak ada bantuan yang datang. Ia menangis sambil menggelengkan kepalanya. "Kenapa nggak ada yang dateng nolong aku?" Sinta menangis. Kenapa Vira begitu jahat...?! Ia tega mengurung Sinta di sini!
Sinta kembali melirik sepotong daging yang berada di atas lantai berdebu dihadapannya. Ia menggelengkan kepalanya lagi. "Nggak.. Nggak mungkin...." Sinta dilema. Ia merasakan lapar yang hebat, namun ia tak mungkin memakan makanan yang ada di hadapannya itu. Hatinya berkecamuk. Begitupula dengan perutnya yang sudah tak dapat diajak kompromi lagi.
Sinta mendekati daging itu. Tangannya yang gemetar perlahan-lahan mulai menyentuh daging itu. Sesaat kemudian, ia menarik kembali tangannya. "Waaaaaaa!!!!!!!!!!!! Tolong!!!!!!!!!!! Tolong saya!!!!!!!!!" Sinta kembali berteriak.
Matanya menerawang ke arah daging mentah yang ada di depannya. Perlahan-lahan, ia mulai mengambil daging itu. Lalu, dengan sangat hati-hati ia membersihkan semua ulat yang menempel di daging itu. Sinta mendekatkan daging itu ke mulutnya. Sedetik kemudian, Sinta mengunyah daging itu dengan cepatnya. Lahap hingga daging itu benar-benar habis.
Namun setelah daging itu mulai masuk ke kerongkongannya, Sinta merasa mual lalu ia memuntahkan semua daging yang telah ia makan. Cairan berwarna putih kental seketika keluar dari mulut Sinta.
"Kyyyaaaaaaaaa!!!!!!!!!! Keluarin aku dari sini!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Sinta berteriak lantang membahana.
Pukul 6 sore. Dan Sinta masih berada di dalam gudang itu. Sinta tak kuat lagi. Ia kembali berdiri di daun pintu sambil menyenderkan kepalanya. Pandangan matanya kosong. Ia sudah lelah menangis. Ia sudah lelah berteriak. Sekarang ia hanya akan menunggu bantuan saja. Ini tak akan lama. Pasti ada orang yang akan menolongnya.
Perkiraan Sinta benar! Pintu gudang terbuka dan seorang pria masuk ke dalam gudang itu. Sinta sumringah melihat pria itu! Akhirnya ada juga orang yang menolong dirinya! Sinta melihat sosok pria putih dengan tampang asia oriental. Bermata agak sedikit kecil dan berhidung mancung berdiri di ambang pintu.
Siapakah yang telah menolong Sinta? Siapa pria itu? Tunggu jawabannya di CINTA DAN BENCI eps 16!!!
-----BERSAMBUNG-----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI [COMPLETED]
RomanceSinta menyukai Adit yang ternyata sudah memiliki kekasih.