EPISODE 34

86 3 0
                                    

Ariska berbaring di kasurnya yang empuk. Matanya menerawang. Pikirannya melayang. Ia tak dapat beristirahat sama sekali. Pikirannya tentang Adit benar-benar menghantui dirinya. Hatinya mulai tak tenang. Terbesit dalam benaknya untuk menelpon Adit. Ariska mengambil handphonenya lalu menelpon Adit. Panggilan pertama, tak ada jawaban. Ariska tak menyerah begitu saja. Ia mencoba untuk menelpon Adit kembali.

"Halo Ris? Ada apa?" tanya Adit di ujung sana

"Dit, aku bosen di rumah.. Aku mau keluar."

"Tapi Ris, kaki kamu masih sakit. Lebih baik kamu istirahat aja di rumah. Jangan kemana-mana."

"Tapi aku bisa mati bosen di sini. Aku mau jalan-jalan!"

"Ya sudah.. Kalo begitu, biar aku yang nganter kamu ya.." kata Adit mematikan handphonenya.

Tak pernah Ariska merasa seperti ini. Padahal, Ariska bukanlah tipe cewek penuntut seperti ini. Namun, keadaanlah yang memaksa ia berbuat seperti itu. Ia ingin menghabiskan lebih banyak wkatu bersama Adit. Ia tidak ingin Adit berpaling darinya. Apakah Ariska salah?

Tak lama kemudian, Adit datang.

"Kamu mau jalan-jalan kemana?"

"Aku mau kita ke taman yang ada di Kebon Jeruk."

"Baiklah kalau begitu. Kursi roda kamu gimana? Aku nggak bisa bawa kursi roda kamu naik motor aku."

"Kalau begitu kita naik mobil aku aja."

"Ris, aku masih belum bisa nyetir."

"Ada supir. Kamu tenang aja.."

Adit tak punya alasan lagi untuk menolak ajakan Ariska. Akhirnya mereka berdua berangkat ke taman yang ada di Kebon Jeruk naik mobil Ariska.

Sesampainya di sana, Adit dan Ariska turun dari mobil dengan hati-hati. Adit menyiapkan kursi roda Ariska.

"Pak, nanti kalau saya telpon langsung dijemput ya.." kata Ariska pada supir

"Iya."

Ariska dan Aditpun berjalan-jalan di taman. Adit mendorong kursi roda Ariska. Mereka tak berbicara satu sama lain. Hal ini semakin membuat Ariska yakin bahwa hati dan pikiran Adit tidak sedang berada di sana! Yang Ariska tau, Adit bukanlah tipe cowok pendiam seperti yang ia lakukan sekarang ini. Hati Ariska semakin meragu pada Adit.

Tak tahan akan keheningan diantara mereka, Ariska mulai angkat bicara.

"Dit, kamu inget nggak.. Taman ini tempat kita berjumpa pertama kali. Sewaktu kita SMP.. Sampai-sampai aku nggak tau kalo ternyata kita satu sekolah."

"Iya Ris."

"Waktu itu kamu maen layangan sama.. siapa itu temen-temen kamu? Aku lagi gosip sama temen aku.."

"Ternyata kamu masih inget?"

"Iya! Mana bisa aku lupa? Gara-gara benang layangan kamu, leher aku hampir putus tau nggak!!"

"Hahahahaha,, maaf ya Ris. Aku nggak sengaja."

"Dasar alay kamu dulu!"

"Namanya juga tahun dodol. Mainannya kan layangan.."

"Semenjak saat itu, kita udah nggak pernah lagi ke sini."

Adit terdiam. Ariska memperhatikan mata Adit yang kosong. Adit nampak melamun sambil mendorong kursi roda Ariska. Mengapa terasa hambar? Apakah...?

"Dit, kamu tahu nggak kenapa aku ajak kamu ke sini? Aku sebenernya tahu kalo rasa cinta kamu sama aku semakin sedikit.. Aku tau ada wanita lain di hati kamu. Lidah kamu mungkin bisa bohong Dit. Tapi mata kamu enggak! Aku tahu kamu, aku kenal kamu bukan cuma satu dua bulan. Aku udah 6 tahun lebih sama kamu. Hampir 7 tahun Dit. Makanya, aku ajak kamu ke sini. Taman ini adalah tempat kita pertama kali bertemu. Aku mau kamu mengingat masa-masa indah kita. Mungkin dengan begitu, rasa cinta kamu padaku kembali pulih seperti semula. Namun ternyata aku salah.." pikir Ariska dalam hati. "Dit, aku mau ngelakuin apa aja asal kamu tetep sama aku. Kamu memang nggak secakep cowok-cowok lainnya. Bahkan kamu itu nggak ada cakep-cakepnya! Tapi hati aku udah memilih kamu. Aku nggak mau hati yang lain. Aku cuma mau kamu. Andai aja wanita itu tak pernah ada... Ya, wanita itu adalah...."

"Sinta!!!" seru Adit yang membuat Ariska sadar dari lamunannya. Ariska menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Adit. Ternyata di taman itu juga ada Sinta dan.... Rafael??! Nampak oleh Adit dan Ariska, Rafael tengah memegang tangan Sinta. Melihat itu, Sinta langsung menepis tangan Rafael.

Melihat kejadian, hati Adit seperti remuk digilas oleh buldoser. Sedangkan Ariska tak dapat berkata apapun. Di hatinya, ada sedikit rasa... senang.

Bagaimanakah kisah selanjutnya antara Sinta, Adit, Ariska, dan Rafael? Simak terus kelanjutannya di CINTA DAN BENCI eps 35!!!

-----BERSAMBUNG-----

CINTA DAN BENCI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang