Ariska tiba di rumah sakit. Ia mendorong kursi rodanya menemui dokter pribadinya.
"Apa? Kamu mau berjalan?" tanya dokter heran
"Iya dok. Saya sudah pikir matang-matang. Saya nggak mungkin diam di kursi roda saja."
"Tapi kaki kamu masih belum pulih benar! Kalau kamu banyak jalan, yang saya takutkan kaki kamu luka lagi.."
"Dok, saya mengerti konsekuensinya. Bisa kan dok?"
"Baiklah. Tapi kamu jangan terlalu banyak berjalan ya.. Ini bisa membahayakan kamu."
"Iya dok."
Ariska tersenyum.
"Baiklah, ayo kemari."
Dokter mengajak Ariska untuk mencoba berlatih berjalan. Ariska siap. Ia bangkit dari kursi rodanya. Walau sulit, Ariska mencoba untuk berdiri di atas kedua kakinya. Ariska benar-benar terlihat kesakitan sebab luka di pergelangan kakinya masih belum kering. Tapi ia menahan semua itu! Ia menahan rasa sakit yang ia derita! Ia bertekad untuk tidak memakai kursi roda lagi! Apalagi ketika mengetahui Adit bersama Sinta, ia bertekad untuk berjalan normal lagi. Ia ingin menjaga Adit. Ia ingin berjalan bersama Adit, bukan Sinta!
"Kamu kesakitan? Kalo kamu kesakitan, lebih baik jangan dipaksa."
"Nggak dok. Saya bisa tahan."
Ariska kembali mencoba untuk berjalan. Kakinya benar-benar terasa sakit. Tapi sakit ini tak sebanding bila ia harus kehilangan Adit! Ia tak akan kuat bila harus kehilangan orang yang paling ia cintai!
Beberapa jam kemudian, Ariska keluar dari rumah sakit. Ia terlihat sudah tidak memakai kursi roda lagi. Walau berjalan sedikit tertatih, namun ia mencoba berjalan normal seperti yang lainnya.
"Ya ampun non? Kenapa tidak pakai kursi roda??" tanya supir Ariska
"Nggak pak. Saya sudah bisa jalan."
"Tapi kalau ketahuan tuan, bisa-bisa saya juga ikut dimarahin."
"Bapak tenang aja. Nanti biar saya yang bicara sama papa. Oh ya pak, antar saya ke salon ya?"
"Salon? Tumben non?"
Ariska hanya tersenyum.
Ariska dan supirnya segera pergi ke sebuah salon yang cukup terkenal di Jakarta.
"Sore mbak.." kata resepsionis
"Saya mau perawatan lengkap." kata Ariska
"Oh baik. Silakan masuk mbak."
Ariska masuk ke dalam ruang perawatan kulit. Di sana, ia dilulur dengan ekstrak bengkoang. Setelah dilulur, ia mandi uap. Setelah ia ia dimassage dan dipijat sebentar, dan terakhir ia mandi kembang.
Setelah berada di ruang perawatan kulit, Ariska pindah ke ruang perawatan kuku. Di sana, kuku tangan dan kakinya dikikir lalu dicat dengan warna biru, warna kesukaan Adit. Ya, Ariska sengaja melakukan ini semua untuk mendapatkan simpati Adit lagi. Ariska berpikir penampilannya akhir-akhir ini mungkin membuat Adit bosan. Makanya ia pergi ke salon untuk merubah penampilannya agar menjadi cantik.
Setelah itu, Ariska pindah ke ruang perawatan wajah. Di sana, ia melakukan masker agar kulitnya terlihat lebih segar. Setelah itu ia facial agar jerawat-jerawat yang ada di wajahnya sirna.
Kemudian, Ariska pindah lagi ke ruang perawatan rambut.
"Mbak, ini mau diapain?"
"Saya mau rambut saya disemir agak merah, lalu dirapiin ya?"
Si penata rambut mulai mengecat rambut Ariska. Setelah menunggu beberapa saat, rambut Ariska dibilas dengan air hangat. Setelah selesai, rambut Ariska dipotong mengikuti trend yang sekarang sedang ramai.
Ariska tersenyum sambil menghadap cermin.
Di luar, supir Ariska menunggu dengan cemas.
"Waduh, non Ariska mana? Lama banget!! Tau gini saya pulang dulu. Mana sudah jam 8 malem lagi..."
Tak lama kemudian, handphone pak supir berbunyi.
"Oh ya halo? Oh tuan..? Ya, saya sedang menunggu non Ariska di salon. Iya, di salon.. Iya. Baik pak.. Iya."
Pak supir menutup hendphonenya.
"Waduh, lama sekali??"
Beberapa menit kemudian, Ariska keluar dari salon. Penampilannya kini sungguh berbeda! Ia berubah menjadi sangat cantik dan menarik! Rambutnya berwarna pirang, wajahnya bersih dari jerawat, kulitnya terlihat segar. Pak supir benar-benar terkejut dan menganga melihat perubahan Ariska.
"Hah?? Non Ariska????"
Bagaimanakah cerita selanjutnya? Tunggu di CINTA DAN BENCI eps 59!!!
-----BERSAMBUNG-----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI [COMPLETED]
RomansaSinta menyukai Adit yang ternyata sudah memiliki kekasih.