Kita terkadang lebih suka memperhatikan yang meninggalkan ketimbang orang-orang yang memilih untuk tetap tinggal.
Merasa sedih untuk mereka yang pergi, tetapi sering lupa mensyukuri orang-orang yang masih setia menemani.
Mereka ada saat kita sedang merasa tidak baik-baik saja, tidak bosan menguatkan dan menyemangati kita untuk pulih kembali. Kita sering menganggap mereka tida ada, karena mereka selalu ada. Hadir mereka sering kita sia-siakan, sering kita sepelekan. Tanpa sadar kalau selama ini kita bisa tetap berdiri karena topangan mereka yang belum letih.
Kita lebih sering membiarkan diri sendiri terluka berkali-kali karena orang yang sama, dengan suka-suka kita mengatasnamakannya sebagai cinta.
Bukannya aku tidak percaya akan kesempatan kedua, tetapi aku lebih percaya bila butuh waktu cukup lama supaya karakter seseorang berubah. Dan kesempatan kedua pantas diberikan kepada mereka yang sudah berbenah, yang sungguh-sungguh membuktikan kalau bukan lagi orang yang sama, bukan sekadar kata-kata sesal yang dibalut air mata melainkan keseluruhan diri yang sudah tidak seburuk pertama kali.
Kita terlalu banyak melewatkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa membuat bahagia dengan terus-terusan memberi ruang kepada orang-orang yang menyakitkan. Melewatkan begitu banyak pribadi luar biasa yang hilang karena tak kita beri kesempatan, barang sekali saja.
Tanpa kita sadari, melukai diri sendiri bisa melalui cara kita tetap menyambut seseorang yang doyan menyakiti, seseorang yang seharusnya sudah dijauhi sejak jauh-jauh hari.
Senjamu
--Zharia
09 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kamu, Senja Dan Masa Lalu
PoetryBukan rasa yg telah hilang dan mati Bukan cinta yg tak setia lantas pergi Tapi kesetiaan yg telah terkhianati Kisah pun ikut terkubur di dalam peti Lantas apa yang terjadi? Semua seakan bak misteri Kisah cinta yang saling menyakiti Sebuah perasan y...