*Rasa Terpendam penuh Luka*

24 2 0
                                    

Ada rasa yang sulit dibungkam
Terpendam begitu dalam
Menyesak agar selekas-lekasnya diucapkan.
Namun gagal sebab kau adalah puan yang bertuan

Kekata seolah enggan keluar
Sedang rasaku masih kokoh berpilar
Menyelisik pelan hatiku hingga pilu
Menjelma aku yang bisu dalam senduku

Pada akhirnya aku terjebak dalam sepi
Lalu perlahan mulai terisak dalam gulita
Aku sesak dalam gelisah
Karena rindu yang semakin menjadi

Sesal tak pernah menjadi arti
Yang selalu dicoba untuk dimengerti
Lantas apa yang harus aku lakukan kini?
Menangisi dirimu yang membuat lubang di hati?

Membuatmu mengerti akan hal ini begitu sulit
Sebab mengeluarkan kata-kata pun kau sangat irit
Dan bahkan menemui kau sangat sulit
Membuat aku terbirit-birit

Ternyata rindu bukan saja soal temu
Ia juga soal semu
seperti harapku yang terpontang-panting untuk dapat bersamamu.
Dengan ini kuakhiri puisiku,
sebelum langit membiru,
sebelum matahari menertawakan basah di kelopak mataku.

Tak perlu banyak bicara,
aku tak pernah pandai bermain aksara, apalagi soalmu; jelita, penimang sesak di ufuk dada.

Ini tulisan terakhirku, pasca kau lebih memilih dan berdalih; bukan aku,

tapi dia.

Dia yang kau idam-idamkan, sedangkan aku menjadi sosok yang terlupakan di matamu dan di hatimu.

Hingga akhir dari rinduku menyadarkanku;
rindu ini bukan tentang kita; aku dan kamu,
tetapi aku yang masih setia menunggu dan mencintaimu, sedangkan kamu- bercandu cinta dengannya.

Tentang Kamu, Senja Dan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang