*Pergilah, Jika Itu Mau Mu*

48 2 0
                                    

“Pergilah.”

Selamat pagi, tuan. Bagaimana kabarmu hari ini? Hari ini banyak kegiatan lagi atau tidak? Jangan lupa sarapan, nanti kamu sakit, teman-temanmu (dan aku) akan khawatir.
Tuan, hari ini aku mau jujur. Tidak, tidak, aku tidak melakukan hal-hal aneh kok. Aku hanya mau jujur kepadamu. Jujur bahwa aku telah mencapai titik kelelahan yang maksimal, dan juga bahwa aku telah mencapai titik dimana menyerah terlihat seperti pilihan yang paling benar. Pilihan yang paling benar, bukan pilihan yang paling aku inginkan.
Akhir-akhir ini, semakin berat. Kamu tidak pernah ada, menyisihkan waktu untukku sepertinya tidak pernah terlintas lagi di dalam benakmu. Sekalinya pun kita bertemu, rasanya seperti berbincang dengan dinding, atau bahkan seperti kamu sedang di tempat lain. Entah dirimu sebenarnya ada dimana. Mungkin kamu menemukan rumah baru ditengah kesibukanmu. Mungkin. Mungkin, di titik ini, hanya aku yang berusaha untuk menetap, sementara kamu sudah bersiap-siap untuk pergi.
Tidak apa. Sungguh. Pergilah, jika itu maumu. Aku tidak akan menahanmu. Hatiku sudah tidak kuat lagi. Sudah tidak bisa menahanmu lagi.
Pergilah, jika itu maumu. Namun, jika memang kamu memutuskan untuk pergi, tolong jangan kembali lagi.
Selamat tinggal, dan terima kasih.

Tentang Kamu, Senja Dan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang