Hatiku pernah menjelma sistem hierarki, merasakan pedih dari kedudukan terbawah hingga yang paling kuat. Air mataku pernah terbungkam terlalu lama kala melihat wajahmu disaat rindu mengoyak sedang raga tak bisa berbuat. Aku masih bertahan.
Berbulan-bulan aku bagai budak dari Tuan Kesedihan, menatap kosong kehidupan dan berkhayal tentang dunia yang indah bilamana aku dan kamu menjadi satu, lagi, dan lagi aku hancur karena khayalanku sendiri. Sesekali aku melawan Tuan, berusaha mengalihkan pikiran dan mencetak pencapaian. Aku masih bertahan.
Rupanya semesta masih baik, ia mendorongmu untuk menghubungiku, bukan? Walau hanya sebentar, dan tak selepas dulu, aku bersyukur. Aku tahu betul, kamu rindu, tapi kamu masih teguh atas pengabdian pada tanggung jawabmu. Dan secuil pesan darimu, semakin mengganas sang rindu. Aku masih bertahan.
Sempat aku ingin pergi, dan tak akan pernah lagi kembali. Sempat aku tak mau menampakkan wajahku di depanmu, terlintas di benakku bahwa, jika aku tak bisa berdamai dengan rindu, maka aku yang akan membuatmu membusuk karena rindu. Tapi, aku masih bertahan.
Sebab kemampuanku dalam bertahan, akhirnya kamu memutuskan kembali, menemani hari-hariku lagi, saling menyemangati lagi. Namun, aku yang sangat ingin menghajar habis rindu nyatanya belum mampu, sebab waktu masih mencurimu dariku. Aku masih bertahan.
Tiada hari tanpa saling menyalahkan, lalu aku sering berucap bahwa ingin mengakhiri hubungan. Tapi aku selalu kembali, bahkan ketika keadaannya berbalik, ketika ucapan itu yang sering menghujamku, aku tidak pernah pergi dari rumahku, kamu. Aku masih bertahan.
Di penghujung senja kala itu, satu persatu tanggung jawab yang mengikatmu erat, terlepas. Rasanya seperti hidup di dunia baru, tak ada tirai yang menutup kami, tak ada sekat yang membatasi.
Kami sama-sama saling menggenggam dengan erat lagi, dan aku semakin tak mau melepasmu. Ditambah lagi, ketika ayat-ayat suci bersenandung merdu keluar dari bibirmu, dan ajakan beribadah darimu menarikku, aku semakin yakin bahwa setiap manusia tak boleh sekedar mengikat tali dengan manusia lainnya, tetapi juga denganNya, pemberi ketetapan terbaik dalam hidup, yang membayar kesabaranku selama ini.
—🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kamu, Senja Dan Masa Lalu
PoetryBukan rasa yg telah hilang dan mati Bukan cinta yg tak setia lantas pergi Tapi kesetiaan yg telah terkhianati Kisah pun ikut terkubur di dalam peti Lantas apa yang terjadi? Semua seakan bak misteri Kisah cinta yang saling menyakiti Sebuah perasan y...