Ada hal-hal yang ingin aku sampaikan,
Hingga saat ini, semenjak kamu memilih melangkahkan kakimu jauh-jauh dari pandanganku. Aku mati. Aku hilang arah. Hatiku seperti diluluh lantakkan olehmu.
Semenjak kamu memilih meninggalkanku berteman sepi, aku hampa. Rinduku meraungkan namamu; menggebu-gebu tiap waktu; menghujam detak jantungku tiap detik yang berlalu.
Semenjak kamu memilih untuk mematahkan hatiku, semua terasa nyeri. Seperti ditusuk oleh belati tepat di ulu hati.
Semenjak itu, sakitku abadi. Perih dan pedihku mendidih, menyeduh bahagia-bahagia atas namamu yang lalu. Menyisakan sedih-sedih yang semakin pilu.
Patah hatiku kekal. Lalu, aku menjadi hipotima. Sebab ditinggalkanmu membuatku merelakan darah dan nanah yang masih basah bercucuran di depan rumah hatiku.
Kini, meninggalkanmu dengan segala kenangan yang tertata rapi di bilik hatiku menjadi hal sulit. Mengerahkan segala tenagaku untuk belajar menerima semua; menerima bahwa kau telah tiada; menerima bahwa kau telah bersamanya.
Dan kini, aku di sini; di rumah pesakitan terpaling. Tak berniat untuk pulang dan merajut bahagiaku kembali. Sebab kuyakin, hingga kini, bahagiaku masih bernama kamu; semestaku masih kepadamu; dan hatiku, kini penuh luka jahat yang menganga dan meminta dijahit, masih terus mengukir senyummu.
Perempuan yang hatinya mati dikoyak sepi, namun kerap sulit meninggalkanmu yang telah pergi.
Ada satu hal yang sebenarnya sejak lama ingin kutanyakan kepadamu.
Apakah dengan menorehkan luka di hatiku itu membawa kebahagiaan untukmu?
Entah sejak kapan sosok yang selalu aku dambakan menjelma menjadi seseorang yang hobi merusak kebahagiaanku,
menjadi seseorang yang selalu memperlakukanku seperti sebuah boneka yang senang dipermainkan.Kamu seperti memiliki kesenangan tersendiri untuk melukis hatiku menggunakan pisau, menyayatnya secara perlahan, lalu mencabiknya hingga aku merasa tidak lagi berdaya.
Seakan belum puas, pun kamu kembali mematahkan hatiku—yang sebenarnya sudah hancur, mengempaskannya ke tanah, dan menginjak-injaknya hingga hanya sesak yang bisa kurasa.
Sayang, apakah kamu tahu kalau luka yang kamu torehkan dahulu pun belum sembuh?
Luka itu masih menganga dengan sempurna.
Dan sekarang, rasanya seperti ada seseorang yang menyiramkan alkohol ke luka tersebut.Sekejam itukah semesta sampai ia tidak mau melihatku bahagia?
Sekejam itukah semesta sampai ia membiarkanku untuk menjadi boneka yang selalu dipermainkan olehmu?Rasanya sudah mati—hatiku sudah mati rasa akan luka.
Rasanya ingin berlari—berlari dari kenyataan yang pahit.
Rasanya ingin lupa—melupakan semua kenangan buruk yang diciptakan olehmu.
Rasanya ingin berhenti—berhenti membiarkan derai air mata ini jatuh karena benakku yang masih terbayang-bayang olehmu.
Rasanya ingin pergi—pergi mencari kebahagiaanku yang sempat kau renggut.
🌻Kata puan
-zgaria_zh
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kamu, Senja Dan Masa Lalu
PoetryBukan rasa yg telah hilang dan mati Bukan cinta yg tak setia lantas pergi Tapi kesetiaan yg telah terkhianati Kisah pun ikut terkubur di dalam peti Lantas apa yang terjadi? Semua seakan bak misteri Kisah cinta yang saling menyakiti Sebuah perasan y...