1

3.1K 226 49
                                    

Apakah semuanya akan terus menerus seperti sekarang? Bisakah dihentikan? Tidak adakah lagi yang patut dikendalilan jika memang semuanya sudah berlalu layaknya aliran air yang berhenti hingga danau diujungnya menjadi kering?

Tanpa kehidupan, tanpa nafas yang memadai, tanpa harapan selain denyut jantung dalam raga bersama jiwa yang hampir mati.

Apapun yang telah terjadi dan mampu membuatnya seperti sekarang merupakan cerita lama. Nafas kelam masa lalu yang terlalu berarti, kebahagiaan dulu yang terlupakan terselimuti perasaan benci, hanya untuk kegagalan yang datang dan menghanguskan banyak arti.

Sekarang, untuk saat ini, dia yang telah menginjak tanah bergerigi tajam perlu sebuah peralihan yang dapat membuatnya melupakan abu bekas kelenyapan. Dan kebetulan hal itu berada tepat di depan mata.

Hidup tidaklah berarti bagi dirinya sendiri, tapi siapa yang menyangka jika justru dia membiarkan ego menggerogoti setiap senti gejolak dari tarikan nafasnya bersama hembusan seseorang.

"Hm?" Seohyun terbangun dari tidur pulasnya akibat lelah letih yang mendera sejak pulang dari rumah sakit.

Perutnya disentuh oleh telapak tangan lebar milik seseorang secara langsung dari bawah gaun tidurnya. Kemudian dilanjutkan dengan bayang bayang samar menghiasi kedipan kelopaknya sebelum benar benar berubah menjadi kejernihan.

"Aku tidak tau kamu pulang malam ini"

Bukan tanpa alasan Seohyun berkata demikian saat menemukan suaminya duduk di tepi tempat tidue sambil menatapnya dingin.

Itu semua karena sejak awal Kyuhyun tetap memilih tinggal sendiri dibanding di rumah bersama istrinya. Dia hanya kembali sewaktu waktu dalam periode tak pasti hanya untuk menuntut sebuah kewajiban.

"Tidur kamu akan lebih pulas jika mandi terlebih dahulu" Seohyun duduk dan melepas kancing kemeja suaminya dengan teliti. "Kamu pasti lelah"

Kyuhyun tidak menyahut melainkan memberinya tatapan tajam sambil melingkari pinggang yang segera dibawanya mendekat. "Simpan untukmu sendiri. Aku tidak perlu perhatianmu jadi diamlah"

Seohyun mengusap bibir tebal milik pria tampan itu sambil menuturkan kata kata lembut. "Kamu mabuk? Aku mencium bau wine. Apa perlu..."

"Kubilang diam!"

Seohyun tersakiti, selalu. Tapi senyum yang dia pasang tidak sekalipun pernah berubah dan akan pasti selalu ditujukannya untuk seseorang yang saat ini menatap serta mengoyak hatinya secara bersamaan.

"Iya..." Bibir tipis itu berkata lirih sebelum ditimpa oleh tekanan kuat dari bibir sang suami.

Menyatu dalam suatu gerakan penuh tuntutan, Seohyun terdorong kebelakang sambil melepas kemeja Kyuhyun yang juga tengah menyingkap gaunnya ke atas dada hingga terlepas melalui kepala.

"Eum" Matanya tertutup merasakan sensasi basah oleh lidah sang suami terhadap tubuh indahnya yang menegang menerima gejolak dari dalam diri.

Seohyun mencoba menenangkan Kyuhyun dengan memberi usapan lembut di belakang kepala, namun akibat dari hilangnya setengah kesadaran maka pria itu pun memberi kekuatan ototnya pada saat meremas kedua payudara yang juga menegang dalam hisapannya.

"Haah..."

Gerakan tangan Kyuhyun begitu cepat membuka celana yang pada akhirnya memberi sedikit peluang pada sang wanita untuk menarik nafas singkat, karena segala hal menjadi lebih intens dimulai saat benda panjang serta besar itu memasuki ambang dari penyatuan mereka.

Breath Of YearningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang