41

1.5K 156 42
                                    

Bip Bip

"Beep beep" Kevin menirukan suara monitor yang sejak tadi menyala di atas meja.

Terbangun di ruangan yang cukup besar itu sempat membuatnya menangis karena tidak melihat sang ibu di sampingnya. Namun ketika menyadari jika dia tidaklah sendiri, ada sang kakek yang terbaring di atas ranjang, ketakutannya pun pudar dan tergantikan dengan hal yang biasa dia lakukan diwaktu sendiri. Mengisi semua rasa penasaran yang ada di dalam dunia kecilnya.

Hampir setiap hari di rumahnya sendiri, akan ada satu ruangan yang berhamburan di lantai sebagai bukti kerja kerasnya yang membongkar semua barang demi mengisi hasrat akan jawaban di dalam kepala.

Berhubung dengan semua itu, ruangan sang ayah adalah yang paling diminatinya sebab hingga saat ini pintu tersebut masih selalu terkunci dan tubuhnya terlalu kecil untuk dapat menjangkau pegangan pintu.

"Kakek" Kevin menarik jemari besar yang ada di atas ranjang.

Tubuhnya berjinjit kuat namun ototnya yang masih sangat muda tidak dapat menahan terlalu lama hingga kedua telapak kakinya pun turun kembali.

"Kakek"

"...."

"Mau papa"

"..."

"Papa" Rengeknya berkali kali dengan hanya memanggil sosok sang ayah. "Kakek, mau papa"

"...."

"Papa hiks..."

BRUK!

"YAAK!"

Teriakan juga keributan diluar jendela mengalihkan anak laki laki yang menangis tersebut. Dia kemudian langsung beranjak mendatangi sofa yang ada di depan jendela.

"Haa..."

Berkali kali melompat, dia masih tidak dapat menjangkau ke atas hingga pada akhirnya tenaganya habis dan dia pun berakhir terisak di lantai.

Bip Bip Bi...

Monitor tiba tiba mati dan begitu Kevin sadar, telah ada sepasang kaki dihadapannya. Sepasang kaki milik pria tua yang memberi tatapan hangat saat mengusap kepalanya.

"Aa..." Kedua tangan kecilnya pun terangkat memberi sebuah isyarat permintaan yang langsung dikabulkan sang kakek.

"Kau disini daritadi?" SeongRyu menggendong cucunya dengan penuh pertimbangan saat tangisan tertumpah padanya.

"Huu..."

"Sebutkan yang kau inginkan. Kakek akan memberikan semuanya"

Dibanding berkata, Kevin jauh lebih memilih melepas segala kesedihannya sembari membaringkan kepala pada dada yang dililit perban itu. Matanya pun terarah keluar jendela sama seperti sang kakek.

"Kau mau tau siapa yang menyebabkan semua kekacauan diluar sana?"

SeongRyu menatap datar beberapa bawahannya yang terlihat babak belur juga tidak sadarkan diri di halaman belakang.

"Tidak satupun yang kehilangan nyawa. Ayahmu orang yang terlalu perhitungan, hanya karena ibumu dia berani bertindak sampai sejauh ini"

"... Padahal aku yang sudah mendidik dan menjadikannya sampai seperti sekarang tapi dia malah membalikkan semuanya sebagai senjata untuk menyerangku"

Breath Of YearningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang