12

2.4K 204 43
                                    

Seohyun keluar dari bilik shower dengan lilitan handuk putih yang menutupi tubuh indahnya beserta penutup kepala yang segera dilepasnya begitu tiba pada cermin besar di dalam kamar mandi.

Sepintas matanya menatap pantulan bayangan, sepintas juga kejadian sebelumnya hadir dan membuatnya tenggelam dalam lamunan.

Sejak pulang tadi Kyuhyun sama sekali tidak membuka suara dan Seohyun sendiri pun ragu bertanya sebab jika amarah sang suami terpicu maka akan sangat sulit menenangkannya kembali.

Apa yang sebenarnya kedua pria itu bicarakan, sampai saat ini masih menjadi tanda tanya dalam kepala yang kini membuatnya tak menyadari lagi bahwa ada sosok tinggi yang bersandar pada dinding memperhatikannya begitu lekat sampai setiap gerakan kecil seperti mengeringkat rambutnya pun masuk dalam penglihatan.

"Oh, Kyu"

Pada akhirnya pantulan cermin membantunya menyadari siapa sosok tersebut. Suaminya yang juga mengenakan handuk putih melipit dari pinggang.

"Kamu mau mandi? Biar kubantu lepaskan perbannya dulu ya" Seohyun mengeluarkan perlengkapannya yang segaja dia simpan juga di kamar mandi. "Duduklah disini, aku sulit melihat jika kamu berdiri. Eh...?!"

Kyuhyun tiba tiba mengangkat sang istri keatas meja sebelum dia menarik kursi dan mendudukinya untuk saling berhadapan.

"Kyu" Kegugupan sangat nampak pada wajah cantik yang kini merona kearahnya. "Tadi siang aku bertanya pada Alan dan dia bilang kamu menggantinya sendiri. Padahal kamu bisa minta tolong juga padanya untuk memasang penjepit di belakang"

"...."

Selalu. Haruskah dia dibayangi kesan berbicara terhadap diri sendiri disaat orang yang dia ajak bicara kebanyakan hanya diam? Begitu mengecewakan sebab ada saja harapan yang pupus untuk dapat berbincang biasa seperti pasangan lainnya.

"Selesai. Kamu bisa mandi dulu, aku akan menyiapkan perban baru"

"...."

"Kyu?"

Seohyun menggigit bibir bawahnya mencoba menenangkan detak jantung yang kian meningkat sebab posisinya begitu intim di hadapan sang suami. Terbukanya kedua kakinya di hadapan wajah tampan itu kini benar benar mendatangkan kesan yang sangat berani.

"Kamu suka padanya?"

"Ne?" Pupilnya matanya melebar. "Maksud kamu Namjo? Tidak. Kami hanya teman"

"Teman sekalipun tidak akan menatapmu seperti itu" Tanggapnya sinis. "Entah kamu tidak sadar atau malah sebaliknya tapi kamu hanya diam dan memberinya lebih banyak celah"

"Aku... tidak mengerti maksudmu berkata seperti itu"

"Aku pun tidak mengerti kenapa kebaikanmu jadi sangat menarik dimata orang lain"

"Kyu"

"Jika jadi dirimu aku justru akan memperjelas batasan agar semua orang paham, bahwa aku tidak memandang mereka seperti mereka memandangku" Helaan nafas beratnya mengenai permukaan wajah cantik yang kini sejajar dengan dadanya.

"Aku..."

Brak! Kursi yang dia duduki tadi berakhir hancur menghantam dinding sebelum tubuhnya semakin condong menyudutkan Seohyun yang mulai berkaca kaca di atas meja.

"Kamu sengaja membiarkan dia bergabung karena kamu menyukainya"

Seohyun tidak menerima bentakan seperti yang biasa terjadi ketika suaminya dilanda amarah.

Dan yang seperti inilah yang jauh lebih buruk. Ketika keterdiaman dan ketenangan menjadi akhir dari sikap seseorang dalam menanggapi hal yang menganggu pikirannya.

Breath Of YearningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang