20

2.3K 199 30
                                    

Kyuhyun tiba di rumahnya sekitar pukul delapan malam. Rasa kebingungan langsung menyelimuti kala mendapati bahwa kini tempat tinggalnya sunyi senyap ditambah seluruh lampu pun padam.

Jdar!

Kilasan cahaya dari kilat menunjukkan adanya sebuah tubuh tergeletak di halaman. Tubuh dari kepala pelayan yang sudah tidak bernyawa lagi dan sontak keanadaan ini pun menghantamnya dengan berbagai macam praduga.

Ada yang sedang terjadi dirumahnya. Sesuatu yang tidak bisa dia bayangkan sebelumnya.

Prangg! Bunyi besar dari lantai dua membuatnya bergegas menaiki tangga.

Ada satu pintu di ujung lorong yang terbuka, tempat dimana sumber suara ribut ini berasal. Kamar orang tuanya.

Apakah ini saatnya? Kyuhyun bertanya tanya dalam hati. Kapan hidup akan memberinya ruang untuk bernafas lega jika setiap detik harapannya selalu saja dihantam keras hingga dirinya pun dibuat tenggalam dalam ketidakberdayaan.

Lalu terkait dengan semua itu, kini setiap langkahnya menuju kamar terselimuti oleh upayanya menepis semua pikiran buruk meski pada kesadaran menyeluruhnya, segala yang terangkum di dalam otak merupakan kenyataan.

JDAR! Suara petir yang menggelegar mengawali bunyi ribut dari jatuhnya air hujan pada permukaan tanah termasuk makhluk hidup juga bagunan yang berdiri tegap di atasnya.

"Berhentilah merecokiku dengan berbagai hal, belum tentu yang kau lakukan padanya termasuk benar. Kau pun juga selalu menutupi segala yang dia lakukan dariku"

"Setidaknya aku tau perlakuanku pada Kyuhyun tidak sepertimu, orang yang bahkan tidak sedikitpun pernah menganggap dia seorang anak melainkan hanya sebuah alat"

Perdebatan sengit sepasang suami istri itu dilandasi akan kelam dan dinginnya keadaan yang sudah tidak bersahabat lagi, atau lebih tepatnya tidak pernah.

"Kyuhyun tidak akan menjadi seperti sekarang jika bukan karena aku, dan kau malah menyalahkanku karena itu? Dimana sikap adilmu untuknya jika memang kau sangat menyayanginya"

"SeongRyu, justru aku berkata seperti ini karena aku sangat menyayanginya" Lucia menjatuhkan air mata.

"... Dia tersiksa oleh semua pembelajaran keras yang kau lakukan bahkan disaat umurnya masih sangat kecil. Harusnya kau tau jika tidak semua hal dapat dikuasai seseorang. Semua ini ada batasnya"

Pria yang sudah sangat lama tidak lagi menunjukkan tatapan hangatnya itu, kini mendesah berat sembari berkata, "Aku menentukan apa yang terbaik untuknya dan kau tidak bisa mengaturku"

"Berhenti menyiksa putraku! Dimana hati nuranimu? Dia bukan robot yang bisa melakukan segala hal yang kau suruh! "

"Jangan menguji kesabaranku. Sudahi sekarang atau kau akan terima akibatnya"

"Dia kehilangan banyak waktu karenamu! Semua yang kau lakukan secara paksa, baik cara berpikir maupun berkelahi, kau hanya akan menjadikannya kehilangan rasa kepedulian dan berakhir sebagai seorang pembunuh"

Plak! Seperti yang biasa terjadi, tamparan keras menjadi awal dari sikap teganya pada sang istri yang kini terjatuh ke lantai.

"Jika kata pembunuh yang menurutmu tepat maka silahkan kau menggunakanya, tapi bagiku, di tanganku Kyuhyun jusru akan menjadi sosok sempurna dimana semua orang tidak akan berani berbuat hal diluar kehendaknya"

"Kyuhyun bukan alat yang bisa kau gunakan dan kendalikan untuk tujuan pribadimu! Dia hanya seorang anak berumur tujuh belas tahun yang punya jalan hidupnya sendiri!"

Breath Of YearningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang