Last - Special Part 9

2.5K 134 41
                                    

"Hei! Ahjussi! Pamaann! Aku ingin keluaar!"

Teriakan Seona yang nyaring terdengar hingga membuat risih dua penjaga yang berjaga di luar.

"Dia tidak mau diam?"

"Tuan" Keduanya membungkuk.

"Sejak kapan dia bangun?"

"Sekitar sepuluh menit lalu dan terus berteriak. Dia bahkan tidak lelah sama sekali dan suaranya semakin kencang"

"Ini sebabnya aku benci anak anak, apalagi remaja. Buka pintunya"

"Nde"

"Ahjussii!! Aku harus ke kamar mand— oh, akhirnya. Tolong lepaskan ini"

"Nak, jika kau mencoba menjadi lebih berisik dari ini aku terpaksa meminta orangku untuk menyuntikmu"

"Apa salahku sampai kau membawaku kemari, ahjussi? Aku hanya pekerja paruh waktu, kau tidak akan mendapatkan uang apapun dari orang tuaku"

"Kau pembohong yang pandai"

"Uhh baik, terima kasih"

"Itu bukan pujian. Aku tau siapa orang tuamu"

"Oh, crap"

"Apa?"

"Uhh ahjussi, maksudku, setelah dilihat lihat kau kebih cocok dipanggil kakek. Sepertinya kau seumur dengan kakekku, dia sangat hobi memahat tapi kudengar akhir akhir ini pinggangnya sakit"

"Aku tidak tertarik dengan ceritamu"

"Oh tapi—"

"Cukup! Kau membuatku muak"

"Apa maumu sebenarnya, kakek? Kenapa menyekapku disini?"

"Kakakmu"

"Ada apa dengannya?"

"Menangkapnya hanya akan menyusahkanku jadi kubuat dia datang sukarela drngan membawamu kemari"

"Maksudmu karena oppa sabuk hitam jadi kau bilang dia menyusahkan? Baiklah, kakek memang hanya seorang kakek"

"Jaga mulutmu!"

"Apa mau kakek dengan kakakku?"

"Aku mau dia membayar kesalahannya. Akibat ulahnya salah satu orangku berakhir di penjaga dan sialnya si brengsek itu akan membuka mulut cepat atau lambat"

"Kalau begitu kakek lebih baik urus dia dibanding menangkap kakakku"

"Aku akan memberinya pelajaran yang tidak akan pernah dilupakan"

"Diumur seperti ini kakek ingin menjadi kriminal? Harusnya sudah cukup dengan semua uang yang kau dapatkan selama ini"

"Nak, kau daritadi terdengar sangat meremehkanku. Kau tidak tau dengan siapa kau tengah berhadapan saat ini"

Seona mengeratkan genggaman pada ponselnya. "Memang apa saja yang telah kakek lakukan sampai aku jadi harus takut?"

"Aku tidak segan menghabisi nyawa orang lain seperti yang kulakukan pada petugas polisi yang dulu juga mencari ulah denganku sama seperti kakakmu"

"Dengar, aku tidak tau apa yang akan terjadi karena kakek telah mencoba menyakitiku dan oppa. Dad akan sangat marah"

"Jika kau ingin mengadu maka lakukan saja. Ponselmu tepat ada di tanganmu dibelakang tubuh"

"Bagaima—"

Grep! Ponsel Seona direbutnya.

"Aku tau apa yang coba kau lakukan, nak. Kau bukan tandinganku. Sekarang, aku akan menghancurkan ponsel ini dan kau bisa tidur sampai kakakmu datang"

Breath Of YearningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang