17

2.4K 211 52
                                    

Dia bukanlah Cinderella yang nantinya akan kehilangan sepatu ketika tengah malam tiba dan harus pergi darisana. Bukan juga seorang putri yang terjebak di menara tanpa jalan keluar hingga seorang pangeran datang menjemputnya.

Wanita yang membebaskan pangeran kodok dari kutukan dengan ciuman? Atau mungkin wanita yang jatuh cinta pada pangeran berwujud monster? Keduanya terlalu fiksi untuk diwujudkan namun pada beberapa kesempatan, titik kesadarannya pernah berada pada kondisi yang sama dengan dua dongeng tersebut.

Dia juga bukan putri tidur atau putri salju yang tersedak apel dan membutuhkan ciuman cinta sejati untuk membangunkan atau menyelamatkan.

Karena sungguh, saat dimana harapan dan kenyataan berpadu menjadi satu. Tanpa peri, sihir, maupun penyihir jahat. Hanya Seohyun dan dunia kecilnya yang menghanyutkan bagai dunia dongeng.

Dia berdansa dengan diliputi perasan bahagia bersama sang pangeran es yang membuat siapapun merasa beku dan ketakutan hanya dengan tatapan semata.

Namun, apa yang dirasakan orang orang justru berkebalikan dengannya. Dia yang telah terikat dengan sang pangeran es dalam pernikahan sakral yang diharapkannya akan berjalan seumur hidup.

Meski samar, setidaknya kebekuan dibalik tatapan itu nampak telah berkurang meski hanya sekecil buah anggur. Seohyun tetap mampu merasakan. Dan kini kebahagiaan yang mengaliri membuatnya mengeratkan lingkaran tangannya.

"Berhenti tersenyum, kamu seperti orang tidak waras"

"Kamu masih kesal pada penjaga yang tidak memperbolehkanku mengenakan jas?"

"Dia bodoh"

"Sejak awal memang kamu yang harus mengenakannya seperti saat ini" Seohyun mengusap permukaan lembut jas yang telah kembali terpasang pada tubuh pemilik sebenarnya. "Kamu semakin gagah, Kyu"

"Kamu mengatakannya seolah aku tidak pernah memakai jas"

"Aku yang tidak pernah punya kesempatan memberikan pemikiranku. Kamu selalu sibuk bahkan untuk mendengarkanku"

"Terserah" Sahutnya malas.

"Aku mengerti kondisimu, tidak apa apa"

"Aku tidak berkata apapun"

Kyuhyun menarik kedua sisi pinggang itu dan mengurangi jarak mereka dengan mempertemukan bagian depan tubuh masing masing.

"Tidak apa seperti ini?" Seohyun mengintip sekilas orang orang yang berada diluar area dansa dan memperhatikan mereka.

"Pengangguran yang tidak punya kehidupan memang kerjanya hanya mengurus hidup orang lain"

"Maksud kamu jangan memperdulikan mereka"

"Sudah kubilang aku tidak katakan apapun. Jangan menyimpulkan terlalu cepat"

Seohyun tersenyum lalu menyandarkan kepalanya dengan nyaman pada dada bidang itu sambil terus bergerak mengikuti alunan musik dansa yang pelan.

"Terima kasih sudah membawaku kemari. Semua keluarga ibumu sangat baik, aku menyesal jika sebelumnya telah gugup akan bertemu dengan mereka"

"You're thinking too much"

"Iya, aku mengakuinya. Untuk besok aku tidak sabar akan mengunjungi apa lagi"

"Besok kita pulang"

"Sungguh? Kita bahkan belum sampai satu minggu disini"

"Menurutmu uang akan datang dengan sendirinya tanpa bekerja? Kamu mau dipecat dari rumah sakit?"

"Bukan, aku tidak mau begitu. Maksudku... bagaimana jika satu hari lagi saja? Aku mau menghabiskan waktu denganmu"

Breath Of YearningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang