7 | Paperplane

1K 198 25
                                    

London — Autumn

I’ll be your William, you'll be my Kate. Living like fairytale.

🍁

Aku terus memikirkan saran gila yang diusulkan Kate. Mengirim surat kaleng? Sungguh? Bagaimana jika Zevania mengetahui bahwa yang mengiriminya surat adalah aku? Di mana aku harus menaruh mukaku? Gadis itu pasti berpikir aku ini adalah lelaki yang tidak memiliki cukup nyali untuk menyatakan perasaannya.

Surat? Terdengar sangat kuno!

Lagipula aku belum menulis apapun. Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Ayolah, Andrew Stanley bukanlah tipe cowok yang seperti itu. Oke, sesampainya di rumah, aku akan meletakkan kembali kertas-kertas peninggalan Julian di kamar Kate. Tidak perlu kirim-kirim surat misterius seperti di film-film.

“Hei, Andrew! Kau terlihat sedang banyak masalah. Ada apa?” Dave menepuk bahuku dari belakang. Dia kini duduk di sebelahku, menyantap makan siangnya di pinggir lapangan futsal.

“Ah, tidak ada apa-apa,” aku beralibi. Tidak mungkin kan aku memberitahu Dave perihal rencana gilaku mengirimkan Zevania, gadis yang diincarnya, sebuah surat misterius? Dia pasti akan meledak.

Tak lama kemudian, anggota futsal lainnya berkumpul di sekeliling kami. Pulang sekolah nanti akan ada latihan. Sebentar lagi kami akan melawan rival terbesar kami, Rosebrown FC di final. Pertandingan harga mati. Tidak ada waktu untuk santai-santai.

“Dave, tadi aku satu kelas dengan gadis Asiamu itu.” Ashton membuka suara. Dia membicarakan Zevania. Dave juga tidak membalas apa-apa, menunggu Ashton melanjutkan pembicaraannya. “Dia diberi tugas tambahan oleh Mrs. Walcott untuk merangkum sejarah kerajaan Inggris. Kalau kau ingin menemuinya atau mungkin membantunya, kurasa dia akan ke perpustakaan sepulang sekolah.”

Hm… aku jadi mendapatkan ide. Namun, ideku tidak akan berjalan apabila Dave juga ada di perpustakaan. Oke, sepertinya saran Kate ini tidak akan pernah berhasil.

“Aku sedang malas bertemu dengannya.” Jawaban Dave mengejutkanku. Ralat. Mengejutkan kami semua.

“Oh, kau mulai bosan mengejarnya?” Ryan melemparkan pertanyaan pada Dave.

Aku menoleh pada Dave untuk melihat sekaligus mendengar langsung jawaban darinya.

Dia mengangkat bahunya. “Sedang malas saja.” Jawaban yang begitu mudah dijawabnya. “Aku akan fokus berlatih akhir-akhir ini.”

Oke. Aku juga akan mulai melaksanakan misiku. Terima kasih Kate, Julian, dan Dave.

🍁

Selepas bunyi bel pulang, aku bergegas menuju perpustakaan dengan surat yang sudah kubentuk menjadi pesawat kertas. Aku tidak pandai menulis hal-hal yang bersifat puitis jadi kuputuskan untuk menulis lirik lagu yang tadi dinyanyikan salah satu siswi di kelas musik tadi siang.

I’ll be your William, you’ll be my Kate. Living like a fairytale.

Sepenggal lirik lagu Ready Or Not yang dipopulerkan bintang Disney favorit Kate, kakakku, yaitu Bridgit Mendler.  Aku mengubah subyek dalam lirik tersebut. Kurasa lirik ini cocok. Maksudku, cocok dengan kondisi Zevania yang memiliki tugas merangkum sejarah kerajaan Inggris. Semoga gadis itu mengetahui lagunya serta William dan Kate yang dimaksud adalah Pangeran William dan Kate Middleton.

Aku melihat kembali lirik lagu yang sudah kutulis dan memejamkan mata setelah membacanya. Astaga. Ini sangat cheesy. Bagaimana mungkin Julian dapat melakukan ini semua demi mendapatkan hati kakakku?

Journal: The ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang