I never understand the point of Leaver’s Day. Why should we have a day that symbolises leaving all the memories we had with the people in some period time of our lives? It’s not like we won’t be seeing each other again in the future, do we?
Do you? Do you think we have that chance? A chance to meet and say all the unsaid words? When we can start all over again?
London — Spring
🌸
Satu langkah lagi, maka aku akan berdiri tepat di depan pintu keluarga Alanen. Selain teman-teman dari tim futsal, sepertinya rumah Annika berada di posisi selanjutnya yang sering kudatangi. Awalnya hanya karena kedekatan Julian dan Kate, kini ditambah keberadaan Zevania sebagai penghuni baru rumah keluarga Alanen. Kedatanganku hari ini juga untuk si pendatang baru.
Tak lama sejak aku menekan bel rumah keluarga Alanen, pintu terbuka dan Zevania menyambutku dengan seragam yang masih membalut tubuhnya padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tadinya kupikir Mrs. Alanen-lah yang akan membukakan pintu. Mikayla bilang mereka akan pergi berbelanja untuk prom makanya aku berani datang.
“Andrew?” Dia menatapku kebingungan. Kedatanganku ini memang di luar dugaan, tidak ada janji sebelumnya.
“Hai,” balasku. “Kate menitipkan ini untukmu.” Tas belanja bergambar Menara Eiffel dari Kate kini berpindah tangan kepada pemilik barunya. Pekerjaan sampinganku adalah menjadi kurir pribadi Kate.
“Terima kasih.” Zevania menerima bingkisan tersebut dan secara naluriah langsung melihat isinya yang terdapat kotak berwarna merah. Aku tahu isinya. “Ada apa? Maksudku, Kate sudah memberikan hadiah ulang tahun untukku dan dititipkan pada Julian.”
Hadiah ulang tahun yang dimaksud Zevania ransel Menara Eiffel yang dipakainya di London Spring Music Festival. Sudah ribuan kali aku bilang pada Kate bahwa Paris tidak akan bisa menggantikan posisi London di hati Zevania, tetapi dia tetap bersikeras dan bahkan berencana mengajak Zevania ke Paris saat liburan panas. Tentunya wacana itu tidak akan terjadi karena Zevania sudah lebih dahulu pulang ke Indonesia.
Lagi pula mengapa Kate sangat ingin mencuci otak Zevania agar berpaling ke Paris?
Aku tidak akan membiarkan mimpi buruk itu terjadi. London harus selamanya menjadi kota favorit, kota impian, kota kesayangan gadis itu. Apabila usaha Kate berhasil, maka tidak ada jejak diriku dalam kehidupan Zevania.
“Oh, ya?” Aku pura-pura tidak tahu bahwa Kate menitipkan hadiah melalui Julian. Sebenarnya dia menyuruhku menyerahkan hadiah darinya langsung kepada Zevania, bersamaan dengan hadiah dariku. Namun, aku memiliki rencana lain.
Lebih tepatnya aku yang tidak berani menghadapi Zevania dan memberikan hadiahnya. Entahlah. Kalau hadiah dariku bukan kalung, mungkin aku berani. Kalung memiliki arti lain. Maksudku, aku tidak keberatan apabila … ah, aku bahkan tidak tahu bagaimana otakku bekerja akhir-akhir ini.
“Kate bilang tugas akhir sebelum liburan musim panasnya adalah merancang gaun atau semacamnya dan setelah gaunnya jadi, dia ingin memberikannya padamu. Tidak mungkin, kan, dia memberikannya untukku.” Setengah bohong, setengah jujur. Gaun itu didesain Kate khusus untuk Zevania. Dan, hanya ada satu di dunia ini.
“Oke, tolong sampaikan terima kasihku padanya.” Zevania memeluk hadiah pemberian Kate.
“Akan kusampaikan.” Dalam hati, aku bertanya-tanya apakah Kate dan Zevania sebenarnya saling kenal? Seingatku mereka hanya dua kali bertemu: saat makan malam di rumah keluarga Alanen dan hari ulang tahunku. Itu juga mereka tidak mengobrol atau semacamnya yang memberi kesan bahwa mereka telah dekat. Setiap aku bertanya pada Kate juga jawabannya adalah: “Tanyakan saja pada Zevania-mu itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Fiksi Remaja[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...