a.n: chapter ini terdiri dari 2,400 words. jadi aku belum sempet cek karena panjang banget, gaes. aku ga sabar untuk update mengejar target one day one chapter. jadi kalau kalian menemukan typo, tolong tandai ya. THANK U & HAPPY READING! 💗
———
Autumn – London
You motivated me and somehow gave me strength. Thank You.
🍁
Setelah berlatih selama dua minggu penuh, final Teenage School Cup jatuh pada hari ini. Mr. Mason terus mewanti-wanti tim futsal, apapun yang terjadi di lapangan nanti, itu merupakan hasil dari perjuangan kami berlatih tak kenal waktu selama ini. Dan yang paling penting, kami harus menjaga emosi. Pasalnya lawan kami di final ini adalah Rosebrown FC, rival abadi New Gunners FC. Seperti El Classico versi anak SMA. Mereka dikenal sering membuat drama di lapangan. Diving merupakan kebiasaan mereka, yang menjadi masalah utama untukku sebagai kiper.
Menjadi kiper bukanlah cita-citaku. Saat kecil, aku ingin menjadi striker, seperti Thierry Henry. Namun, takdir berkata lain. Saat tes seleksi anggota futsal, Dave menjadi pilihan pertama sebagai striker. Aku nyaris putus asa, tetapi seseorang yang sangat spesial bagiku mengingatkan sesuatu padaku akan satu hal: menjadi penyerang di sebuah tim sepak bola bukan segalanya. Terkadang kau sangat membutuhkan seseorang untuk melindungimu dan menjagamu. Kiper atau penjaga gawang adalah orang itu.
Karena dia aku belajar bagaimana menjadi seorang pelindung dan penjaga itu.
Sambil bersandar pada lokerku di ruang ganti, aku memandangi Dave yang mengikat tali sepatunya berulang kali. Itu kebiasaannya sebelum bermain. Dia harus memastikan tali sepatunya tidak akan lepas di tengah-tengah pertandingan karena menurutnya mengikat tali sepatu di tengah permainan merupakan bentuk membuang-buang kesempatan dan waktu. Dave memang pantas menjadi striker. Tendangannya sulit untuk dibaca. Aku pernah merasakannya sendiri. Sering. Menurut Mr. Mason, Dave memiliki kemampuan semacam telekinesis ketika dia menembakkan bola ke arah gawang. Aku setuju dengannya.
“Mikayla tadi mengirimiku pesan, dia sudah bersama Zevania di VIP.” Ryan datang menghampiri Dave, dia memasukkan ponselnya ke dalam ransel. “Hanya Dylan yang datang menemani Zevania.”
Dave menyelesaikan ikatan tali sepatunya dengan mantap. “Bagus. Sudah kuduga. Kupikir tidak ada yang menemani Zeva. Dylan itu memang harus kuberi tanda.”
“Rosebrown sudah tiba. Bersiap ke lapangan!” perintah Mr. Mason dari luar ruang ganti. Sesuai perintahnya, kami segera berlalu ke lapangan.
Sepanjang jalan, aku terus memikirkan percakapan antara Dave dan Ryan di ruang ganti. Aku sudah mendengar ide Dave tentang mengundang Zevania dengan bumbu mengundang semua teman-teman dekatnya seperti Annika, Dylan, dan yang lainnya. Kami sudah saling mengenal, tentu saja Dave tahu teman-teman Zevania sangat anti dengan sepak bola. Awalnya aku menduga mereka semua, termasuk Zevania, tidak akan datang. Ternyata Zevania datang bersama Dylan. Aku sedikit curiga dengan Dylan meski Kate bilang Dylan dekat dengan Annika.
Bisa saja mereka, Dylan dan Annika, dekat sebagai teman seperti Annika dengan Tyler, bukan?
Namun, terlepas dari Zevania yang datang bersama Dylan, aku senang gadis itu menonton pertandingan penting ini, yang kurasa merupakan pertandingan New Gunners pertamanya. Kehadirannya membuatku sedikit bersemangat … untuk menjadi man of the match.
Sayangnya bukan aku saja yang termotivasi, Dave juga merasakan demikian.
“Lihat, Andrew,” katanya. Matanya mengisyaratkanku agar melihat ke arah barisan tribun. Zevania ada di sana, duduk di antara Dylan dan Mikayla. “Dia datang sesuai undanganku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Teen Fiction[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...