Thank you for the journal that you gave me as my birthday present. You are now reading it.
London - Winter
❄
Ulang tahun.
Adalah hari pengingat kelahiran seluruh insan manusia. Hari yang penuh suka dan sebagian besar turut merayakannya. Hari ketika semua orang menaruh perhatian padamu, mendoakanmu berbagai macam harapan, dan memberimu hadiah yang sebenarnya bisa saja mereka berikan kapan pun; tidak perlu menunggu satu hari dalam setahun.
Begitu aku keluar kamar untuk bersiap berangkat sekolah, Mum dan Dad menyanyikan lagu ulang tahun dengan sebuah kue cokelat di atas meja makan. Ada beberapa kotak hadiah juga di sana. Kate sudah pulang ke Paris kemarin jadi dia hanya hadir dalam bentuk virtual dari tab milik Dad.
Dan ketika sampai sekolah, orang-orang di sepanjang koridor menyapaku dan memberi ucapan selamat ulang tahun, yang kubalas dengan sebuah senyuman dan berterimakasih. Harus ramah pada hari ulang tahunku. Setiap tahun seperti ini. Aku penasaran apakah anak-anak lainnya selain anak futsal juga mendapatkan perlakuan yang sama? Aku tidak mengingat hari ulang tahun semua anak di sekolah. Mustahil bukan?
Kabar baiknya tidak ada yang memberiku hadiah. Tidak terbayang betapa merepotkannya harus membawa hadiah seharian di sekolah. Lokerku mungkin tidak akan cukup menampung hadiah-hadiah seperti tahun lalu. Kendati aku tidak mengharapkan banyak hadiah, aku juga tidak bisa membuangnya begitu saja terutama ketika masih di lingkungan sekolah. Aku masih tahu etika menghargai pemberian orang lain.
Dave, Ryan, dan Emre yang harus ikut menanggung akibatnya. Mereka membantu membawanya ke rumah. Sebenarnya bisa dibilang itu sebuah kebiasan. Aku juga melakukan hal yang sama ketika Dave, Ryan, dan Emre berulangtahun. Terkadang aku heran mengapa anak-anak di sekolah begitu rela membuang-buang uang mereka untuk memberi hadiah ulang tahun ke orang yang bukan teman mereka.
Aku saja tidak pernah memberi hadiah ulang tahun kepada tiga teman dekatku. Kami tidak saling memberi hadiah karena merasa aneh, biasanya kami merayakannya dengan berpergian berempat ke suatu tempat di akhir pekan ulang tahun.
Sayangnya tradisi itu berhenti pada hari ulang tahun Dave. Dia pergi sendiri tanpa mengajak kami bertiga dan tidak pernah kembali lagi.
Selain hadiah, satu hal lagi yang identik dengan hari ulang tahun adalah kejutan. Skenarionya sangat klise dan mudah ditebak: tiba-tiba semua orang menjauhimu atau membuatmu kesal atau bersikap aneh padahal tidak terjadi masalah apapun sebelumnya.
Ryan dan Emre pun sama. Hadiah memang tidak ada, tetapi kejutan tetap termasuk dalam rencana mereka. Aku sudah lama mengenal mereka dan tahu betul bahwa akting mereka sangat buruk.
Pertama, aku sekelompok dengan Emre di kelas seni pahat dan dia lupa membawa tugas yang seharusnya dibawa hari ini untuk dikerjakan tahap akhir. Beruntung waktu pengumpulannya adalah lusa. Emre adalah orang yang sangat tepat waktu dan selalu mengerjakan tugas sekolah. Di antara kami berempat, dialah yang paling rajin. Tidak mungkin dia lupa membawa tugas kecuali dia memang sengaja melakukannya.
Kedua, Ryan bekerja sama dengan Ashton menendang bola ke arahku yang sedang makan siang di pinggir lapangan. Akibatnya makan siangku jatuh dan aku kelaparan sampai detik ini. Posisi dudukku tidak begitu dekat dengan lapangan, sangat mustahil tendangan Ryan meleset tepat ke arahku--bukan, ke arah nampan makan siangku--kecuali dia ... sekali lagi ... menendangnya secara sengaja.
Satu lagi! Ketiga, Coach Mason kali ini yang mengambil peran. "FOKUS! STANLEY! KAU HARUS FOKUS. Gaya permainanmu sangat lemah. Berapa kali tadi kau kecolongan? Tak terhitung!" bentaknya setelah mengumpulkan seluruh anggota futsal di tengah lapangan. Dan ini bukan gayanya, Coach Mason tidak pernah membentak anak didiknya di hadapan banyak orang, terutama ketika seluruh tribun penonton hampir penuh seolah-olah hari ini ada pertandingan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Novela Juvenil[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...