London - Autumn
That was the 12th times Dave and I celebrated his birthday and we never knew it would be our last.
🍁
Ulang tahun Dave selalu sama meriahnya seperti hari besar lainnya: natal dan tahun baru. Sebagai sahabat seumur hidup, tentunya aku sudah menyiapkan hadiah untuknya. Kendati hubunganku dengan Dave tidak begitu baik akhir-akhir ini, wajib hukumnya bagiku untuk merayakan ulang tahun Dave. Barangkali aku dapat memperbaiki hubungan persahabatan kami yang telah terjalin bertahun-tahun ini. Bagaimana pun juga Dave memiliki peran yang besar dalam kehidupan seorang Andrew Stanley.
Sepulang sekolah, Emre, Ryan, dan aku berkumpul di The Aksov untuk mengedit semacam video kenangan tentang persahabatan kami. Kata Ryan, bersumber dari Mikayla, hal tersebut merupakan tren saat ini. Emre dan aku percaya-percaya saja karena kami tidak begitu mengikuti perkembangan zaman. Terdengar cukup kolot memang.
"Mikayla akan sampai beberapa menit lagi," kata Ryan setelah mengecek ponselnya. Ya, kami sudah menghabiskan waktu setengah jam di depan layar laptop tanpa melakukan apapun. Tidak ada dari kami bertiga yang bisa mengedit. Bodoh sekali. Selama ini kami hanya fokus bermain sepak bola.
Seperti yang dikatakan Ryan, tak lama kemudian dua perempuan terlihat dari bayangan kaca cafe, berjalan menuju pintu masuk. Seragam yang mereka kenakan sama seperti kami. Mikayla yang muncul pertama dari balik pintu dan disusul oleh ... Zevania?
Tentu saja bukan.
Annika mengekori Mikayla. Mereka terkekeh begitu memasuki café dan tawanya berhenti tepat begitu menyadari kehadiran kami bertiga. Annika masuk ke dalam bagian cafe, sementara Mikayla bergabung dengan kami.
"Maaf, lama." Mikayla menarik kursi di sebelah Ryan. "Tim jurnalistik sedang sibuk menyiapkan acara akhir tahun."
Aku masih memerhatikan ke arah pintu cafe, tidak ada tanda-tanda kedatangan Zevania. Aneh. Ada Mikayla dan Annika di sini. Seharusnya gadis itu juga ikut bukan? Mereka berdua dekat dengannya, terutama Annika yang tinggal satu atap. Semenjak pembuatan lagu di London Eye tempo hari, Zevania seperti menarik diri. Di group chat juga dia tidak sering muncul.
"Kalian belum memulainya sama sekali?" Mikayla bertanya setelah mengotak-atik laptop Ryan. Dia juga membawa laptopnya sendiri, yang dipenuhi dengan stiker berbau jurnalistik.
"Kan sudah kubilang kami tidak bisa mengedit video, makanya kuajak kau ke sini," Ryan menjelaskan dengan datar.
Gadis itu memincingkan matanya, melirik ke arahku, yang duduk di seberangnya. "Andrew, kau bukannya jago fotografi?"
"Hobi, hanya hobi," aku mengoreksinya sebelum Mikayla bicara lebih lanjut. "Selain itu, orang yang hobi fotografi belum tentu hobi videografi."
Mikayla hendak mengatakan sesuatu, tetapi dia mengurungkannya dan hanya menganggukkan kepala. Matanya beralih pada Emre. "Kau juga, Emre? Astaga ... Sebenarnya ini mudah. Zevania saja bisa dalam sehari."
Mengapa Mikayla menyebut nama Zevania? Dia bisa berhenti bicara setelah mengucapkan kata "mudah".
"Ah, tadinya Zevania mau kuajak kemari tapi setelah dia tahu video untuk ulang tahun Dave, dia tidak mau ikut." Lagi dan lagi Mikayla kembali membawa-bawa nama Zevania.
Sayang sekali Zevania tidak kemari, tetapi apakah aku jahat apabila aku senang dengan alasannya? Akira juga bilang bahwa Zevania tidak menyukai Dave.
Ryan meminum cokelat panasnya dan meraih ponselnya. "Gadis itu sepertinya tidak menyukai Dave."
"Oh, jelas," sahut Mikayla. "Dia menyukai orang lain, benar kan, Ann?"
![](https://img.wattpad.com/cover/160301503-288-k74237.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Dla nastolatków[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...