London – Autumn
Being named as the next your-favorite-goalkeeper is such an honor for me.
🍁
Akhir-akhir ini Mr. Mason lebih fokus melatih para anggota baru. Sebentar lagi kami lulus jadi tim futsal sekolah juga harus beregenerasi bukan? Meskipun kami masih tetap bermain sebagai tim utama, terutama aku sebagai kiper yang jarang sekali diganti. Biasanya kami berlatih setiap hari dari Senin sampai Jumat. Terkadang Sabtu juga kalau sudah mendekati pertandingan. Namun, sekarang hanya 3 hari sekali. Setiap Senin, Rabu, dan Jumat.
Hari ini adalah hari Selasa tetapi kami malah berkumpul di pinggir lapangan sepulang sekolah. Menyaksikan para junior berlatih dari tribun penonton. Kami sudah terbiasa tidak langsung pulang ke rumah jadi beginilah kami setiap harinya. Mr. Mason juga tidak menyuruh kami pulang dan malah terkadang menyuruhku atau yang lainnya ikut melatih.
Aku terus terfokus pada Harry Michaels yang tengah berlatih menangkap bola tendangan penalti. Sejauh ini kurasa ia yang paling siap dan juga menjanjikan untuk menggantikanku sebagai kiper utama. Ia memiliki insting yang kuat, yang membuatnya terlihat seperti dapat membaca arah bola. Sedikit lagi kemampuannya diasah, mungkin ia bahkan dapat membuat bola seolah-olah datang menghampirinya.
"Liat apa yang kubawa!" Ryan tiba-tiba datang dengan sebuah buku di tangannya. Ada Mikayla juga yang mengekorinya. Aneh. Bukan Mikayla yang aneh. Maksudku, Ryan sangat membenci buku. Untuk apa ia membawanya ke lapangan?
Dan tampaknya Emre juga merasa demikian. "Benda apa itu yang di tanganmu?" tanyanya begitu Ryan ikut bergabung duduk di tribun.
"Ini?" Ryan mengangkat bukunya yang ternyata adalah majalah ... sekolah? "Lihat siapa yang ada di cover-nya. Aku tampak tampan sekali di sini. Terima kasih, Mikayla. Kau memang fotografer yang handal."
Buku yang dibawanya ternyata adalah majalah Islingsteen alias majalah sekolah alias hasil wawancaraku yang ditulis Zevania sudah keluar. Fotoku juga terpampang di bagian pojok kanan bawah dengan judul "ANDREW STANLEY: THE NEXT DAVID DE GEA". Astaga . . . sungguh? Zevania menyebutku sebagai penerus David De Gea? Maksudku bukan berarti aku tidak menyukainya. David De Gea salah satu penjaga gawang kelas dunia yang kukagumi meski ia bukan bermain untuk Arsenal atau Inggris.
"Coba kulihat." Emre mencoba meraih majalah yang berada di tangan Ryan, yang kini malah mengangkat tangannya tinggi-tinggi hingga membuat Emre, yang terlalu malas untuk berdiri, kesulitan untuk meraihnya. "Lihat sebentar!"
"Tidak perlu seperti itu!" Mikayla tampak geram melihat kelakuan kekasihnya yang kekanakan itu. Ia membagikan majalahnya satu per satu kepada kami. "Aku membawanya untuk dibagikan secara gratis untuk para bintang Islingteen bulan ini. Majalahnya baru dipublikasikan di sekolah besok."
Aku berusaha sekeras mungkin agar terlihat biasa saja begitu menerima majalah dari Mikayla meski sebenarnya aku setengah mati ingin cepat-cepat membaca artikel yang ditulis Zevania. Aku ingin tahu bagaimana ia menulis tentang diriku. Bagaimana caranya ia berpikir tentangku. Bagaimana ia menggambarkanku.
Namun, yang kulakukan hanya melihat-lihat majalahnya dan membuka lembar per lembar dengan hati-hati. Ada Dave juga di sini yang duduk di samping Emre. Ia pasti memerhatikan gerak-gerikku.
"Ah, sayang sekali bukan aku man of the match-nya," Dave berkomentar. Ia pasti tengah membaca artikel itu. Aku tidak berani menoleh ke arahnya. "Aku ingin sekali diwawancarai Zeva."
"Kau ingin menjadi man of the match agar diwawancarai Zeva? Hanya itu motivasimu?" Mikayla menggelengkan kepalanya tampak tak percaya akan apa yang didengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Teen Fiction[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...