London - Autumn
"Your first autumn was my best yet worst autumn. Best because I found you but worst because I lost him. Forever."
🍁
"There's nothing to say."
Bagus, Andrew. Kau baru saja mengatakan hal yang akan kausesali suatu saat nanti. Seperti yang telah kaulakukan pada Dave tempo hari. Terus saja mengulangi kesalahan yang sama.
Zevania kembali ke kursinya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Dan, dari situ aku tersadar bahwa aku baru saja melukai hatinya. Keheningan kembali melanda kami berdua yang sendirian di lorong rumah sakit.
Kau tahu dirimu bersalah saat kau menyalahkan orang lain atas kesalahan yang telah kau perbuat. Namun, jauh dalam lubuk hatimu, kau tahu bahwa kau baru saja melakukan kesalahan lainnya.
Zevania tidak bersalah di sini. Dia tidak tahu apa-apa. Salahku sendiri bukan yang memiliki perasaan padanya? Salahku juga yang menyeretnya ke dalam kasus ini. Entah apa yang terjadi pada Dave setelah semua ini, tetapi aku bertekad untuk menjauhi gadis itu--apabila memang itu yang diinginkan Dave.
Tidak ada yang bisa menjamin apakah Zevania dan aku bisa bersama. Sedangkan Dave sudah berada di sisiku selama bertahun-tahun. Dia adalah teman yang baik, yang tidak bisa selalu kautemukan.
Lebih baik seperti itu kan? Membangun batas antara diriku dan Zevania.
Dan aku ... kurasa aku tidak bisa terus menerus menyimpan rasa bersalah ini hingga waktu yang diriku sendiri tidak tahu kapan akan usai.
"I'm at hospital."
Suara Zevania terdengar kembali, sepertinya ia sedang menelepon karena tadi terdengar nada dering yang asing. Aku tidak berani mengangkat kepala setelah mengatakan hal kejam padanya beberapa saat lalu.
"Royal Free Hospital or Free Royal Hospital. I don't know exactly."
Royal Free Hospital, Zevania. Aku mengoreksinya. Tentu saja dalam hati. Zevania mungkin akan atau bahkan sudah menghapus namaku dari daftar kenalannya di London. Kemudian, melupakanku sepenuhnya setelah pulang ke negara asalnya.
Ah, sekali lagi, mungkin lebih baik seperti itu, bukan
Selamat, Andrew. Kau selalu membuat keputusan yang tepat.
"Dave mengalami kecelakaan dan Mikayla mengajakku ke sini," katanya dengan suara yang amat sangat pelan, tetapi masih dapat tertangkap oleh telinga. Bukti bahwa lorong rumah sakit begitu sepi. Embusan napas beratku juga mungkin terdengar Zevania.
Sudah kuduga, pasti Mikayla yang membawanya kemari. Aku sempat melihatnya di pinggir lapangan sebelum menerima kabar bahwa Dave berada di rumah sakit. Apakah Zevania tetap akan ke sini apabila pada saat itu Mikayla tidak sedang bersamanya?
"Tidak. Aku akan pulang sekarang."
Kepalaku sontak terangkat begitu mendengar Zevania mengatakan bahwa dia akan pulang. Yang meneleponnya tadi pasti Annika Alanen. Mereka tinggal serumah.
Aku melihat arloji yang melingkar di pergelangan kiriku. Tak kuduga sudah pukul setengah sepuluh malam. Berbahaya apabila seorang gadis pulang sendiri dengan tube. Aku juga bisa menggunakan kesempatan ini untuk meminta maaf padanya. Belum terlambat, bukan? Sebeluma Zevania benar-benar menghapus namaku dari daftar kenalannya di London.
Maksudku, aku akan tetap membangun dinding pembatas itu. Tetapi, memiliki kesan terakhir yang buruk bukanlah ide yang bagus. Setidaknya Zevania akan mengingatku sebagai temannya Dave, sebagai kiper tim futsal sekolah, sebagai orang yang pernah mengantarnya pulang saat tengah malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Teen Fiction[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...