33 | Sparks

271 62 22
                                    

London - Winter

One of the best nights of my life was spending the new year's eve with you and one of the best days of my life was starting the new year's day with you.

NOW PLAYING:

🎶 LONDON LIGHTS by Jake Miller 🎶


Tradisi terakhir adalah merayakan tahun baru bersama teman-temanku. Setiap tahunnya kami selalu merayakannya di tempat yang berbeda-beda. Tahun lalu, kami memilih Primrose Hill. Selain tidak dipungut biaya sama sekali, pemandangan kota London dari dataran tinggi Primrose Hill tidak pernah mengecewakan. Ditambah dengan kembang api yang menghiasi langit gelap London, malam tahun baru tidak akan menjadi malam yang mudah dilupakan.

Tahun ini, kami akan menyaksikan pesta kembang api dari sekitar Southbank. Sebenarnya aku sangat malas karena pasti jumlah orang di sana jauh lebih banyak dari di Primrose Hill. Pusatnya perayaan tahun baru adalah di London Eye, salah satu yang terbesar di dunia. Tentunya akan banyak orang di sana yang menantikan pergantian malam tahun baru.

Berdesakan dan berkerumunan di antara orang-orang asing yang mabuk serta macet di mana-mana tidak terdengar seperti ide yang bagus untuk merayakan tahun baru.

"Tidak, aku tidak mau ikut." Aku memberi ultimatum saat Ryan membeberkan rencana tahun barunya. "Ryan, kau tahu betapa gilanya Southbank setiap tahun baru. Kita sudah pernah ke sana sebelumnya."

"Ya, memang kita pernah tapi Zeva belum." Ryan menyeruput matcha hangatnya dengan santai di hadapanku, tampak percaya diri begitu menyebut nama Zevania seolah-olah dia yakin akan menang atas perdebatan ini. Dan dia nyaris menang. "Dan sebagai teman yang baik, seharusnya kita memberinya kenangan yang indah selama dia masih berada di London."

"Menurutku, Southbank benar-benar lebih seperti neraka saat tahun baru." Emre mengangguk setuju denganku, aku memang bisa mengandalkannya. Masih banyak pilihan tempat yang lain. "Namun, kita juga tidak bisa mengelak Southbank adalah titik terbaik untuk merayakan tahun baru."

Ah, dia juga mendukung Ryan.

Ryan mengarahkan jempolnya ke Emre dan mengedipkan mata padanya. "Kami tidak memaksa. Kalau kau tidak mau ikut juga tidak masalah."

"Kita bisa merayakan di sini." Aku masih belum menyerah. Tempat yang kumaksud adalah The Aksov yang akan buka 24 jam spesial tahun baru. "Di sini lebih hangat."

Ryan menyipitkan matanya ke arahku. "Oh, kau mengkhawatirkan Zeva yang akan kedinginan?"

Ya, itu salah satunya.

"Tidak. Tidak," Emre berkata tiba-tiba seraya mengangkat tangannya. "Kafeku buka untuk wisatawan lokal dan mancanegara, yang siap menghamburkan uang mereka di sini. Bukan pelajar miskin seperti kalian yang selalu mengemis diskon."

Baik aku, maupun Ryan sama-sama dibuat bungkam olehnya. Tidak menyangka sosok Emre akan perhitungan dengan teman sendiri. Setelah pertemanan yang kami jalin nyaris sepuluh tahun, dia masih berpikir bahwa kami akan menjadi penyebab bangkrut kafenya?

Ryan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, melempar ke atas meja tepat di hadapan Emre. "Ambil uangku! Aku bisa membeli semua menu di sini tanpa diskon."

Emre terkekeh dan mengambil semua uangnya seperti yang dikatakan Ryan. "Terima kasih. Aku bisa membeli makanan untuk malam tahu baru nanti."

"Sialan kau, Emre!"

"Omong-omong," aku memotong pembicaraan perihal uang dan diskon antara Ryan dan Emre. Teringkat akan sesuatu. "Kita belum membeli tiketnya bukan? Pasti sudah habis terjual."

Journal: The ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang