Sesaat Dave membiarkan Zevania menolak ajakan pulangnya, aku telah menduga dia telah mengatur segudang rencana lainnya. Sebab itulah karakteristik seorang Dave Collins dan aku sudah mengenalnya lebih dari yang orang kira.
Kami tidak memiliki jadwal berlatih hari ini. Sepulang sekolah, Dave langsung mengajak bermain basket di dekat toko dekat café The Aksov garis miring Sporty Jezzy, tempat aku dan Zevania bekerja. Dari situ aku sudah bisa membaca motif Dave.
Hanya Ryan dan Emre yang benar-benar bermain basket. Dave terus memerhatikan toko olahraga milik Mr. Henley itu dan begitu pun denganku. Aku tidak bisa fokus bermain bola sebab terus memikirkan rencana apa yang sudah direncanakan Dave untuk Zevania. Meskipun aku amat mengenalnya, aku tetap tidak bisa membaca apa isi pikirannya. Terkadang Dave melakukan hal-hal di luar dugaan manusia normal.
"Tunggu sebentar." Dave berlalu begitu saja. Meninggalkan Ryan yang menatapku dan Emre bergantian.
"Mau pergi ke mana dia?" Ryan melontarkan tatapan pertanyaan kepadaku dan Emre, sekaligus melemparkan bola basketnya yang langsung ditangkap Emre.
Emre mengembalikan bola itu kepada Ryan dengan dorongan penuh. "Kurasa dia ingin menemui gadis Asia temannya Annika."
"Ah, dia benar-benar tak bisa dihentikan." Ryan menggelengkan kepalanya seraya terkekeh.
Tak lama Dave pun kembali dengan senyum miring terulas pada wajahnya. "Dia begitu pemalu," lapornya. "Ah, tunggu sebentar akan kucoba lagi."
Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan Dave pada Zevania. Ryan dan Emre pun tampak tidak begitu ingin ikut campur. Aku yakin Dave tidak akan melakukan aksi nekat aneh—dia tidak segila itu. Namun, tetap saja. Aku khawatir dia malah membuat gadis itu tidak nyaman dengan tingkah lakunya. Aku mengambil tas ranselku yang tergeletak di pinggir lapangan dan berlalu tanpa meninggalkan sepatah kata pun.
"Hei, Andrew. Mau pergi ke mana?" Ryan berteriak dari belakang punggungku. Aku tidak menjawab pertanyaannya. Mereka juga tidak bertanya lebih lanjut. Yang kudengar adalah langkah kaki mereka.
Setiap langkah yang kuambil untuk mencapai toko Sporty Jeezzy, aku berpikir alasan apa yang tepat agar Dave tidak menduga yang aneh-aneh. Aku tidak ingin menimbulkan konflik antara Dave dan aku, tetapi dalam kasus ini aku harus menyelamatkan Zevania. Aku tahu aku harus dan aku tidak tahu mengapa.
Begitu memasuki toko, beberapa punggung orang menyambutku. Mereka tengah mengantre untuk membayar belanjaan mereka. Ada Zevania di belakang meja kasir dan ... Dave yang berdiri di sisinya. Dave tidak membantu sama sekali. Dia terus tersenyum dan sesekali mencoba mengajak ngobrol gadis itu yang tampak sibuk melayani pelanggan.
"Permisi Dave. Sepertinya kau harus pergi dari sini. Lihat? Tokonya penuh." Yes, Andrew. Itu alasan yang cukup bagus untuk mengusir Zevania. Setidaknya dari sisinya saat ini.
"Chill, man!" Dave mengangkat kedua tangannya di udara dan memberiku jalan berdiri di samping Zevania. "Tadinya aku berniat ingin membantu tapi dia tidak mengizinkanku."
Aku tidak membalas ucapan Dave setelahnya, begitu pun dengan Zevania. Kami sama-sama berkutat dengan beberapa pelanggan yang tersisa. Setelah ini aku harus menyuruh Zevania pulang.
Pelanggan terakhir pun sudah pergi. Kini hanya tersisa Zevania, aku, dan ketiga temanku di dalam toko. Emre dan Dave sibuk bermain video games di ponsel mereka sementara Ryan sedang berteleponan dengan pacarnya, Mikayla Bennett.
Ini saatnya ... apa yang harus kukatakan pada Zevania? "Zev, maaf atas tindakan Dave tadi?" tidak! Tidak! Terlalu jelas aku kemari karena Dave. Apa yang akan dipikirkan Dave apabila mendengarnya? Astaga apa yang harus kukatakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Genç Kurgu[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...