London - Winter
Have you ever blamed yourself for something out of your control? I do. All the time.
❄
Sekolah terasa berbeda pasca kepergian Dave. Beberapa murid yang melewatiku ada yang mengucapkan belasungkawa, ada juga yang hanya memandangiku dengan berbagai macam pandangan. Bercampur antara mengiba dan menuduh.
Aku tidak terlalu mengenal banyak orang di sekolah, hanya beberapa yang pernah sekelas denganku, juga anggota tim futsal. Aku tidak ambil pusing dengan kabar burung apa yang beredar di kalangan murid mengenai kepergian Dave. Termasuk tentang pertengkaranku dengannya.
Itu bahkan bukan sebuah gosip belaka. Aku memang bertengkar hebat dengan Dave. Pertengkaran terbesar.
Beberapa anak berkumpul di mading utama. Sepertinya ada pengumuman penting. Kuharap bukan kabar miring tentang Dave yang semakin memperkeruh suasana. Aku butuh ketenangan untuk beberapa hari terakhir ini.
Dari kerumunan itu, mataku menangkap Emre yang berdiri bersama Ryan dan Mikayla. Aku bergegas menghampiri mereka dan orang yang pertama melihatku adalah Mikayla. "Kemari, Andrew! Kelompok untuk musik sudah diubah." Dia menarik tanganku membelah kerumunan. Namaku berada di atas nama Annika dan Emre.
"Kita sekelompok," komentar Emre dan dia berkata sesuatu yang tidak kudengar.
Sekelompok dengan Emre dan Annika merupakan sebuah obat tenang bagiku. Setidaknya aku akan berada dekat dengan orang-orang yang kukenal.
Mataku fokus memindai nama seseorang dari grup pertama sampai terakhir. Dia tidak ada di grup mana pun. Apakah dia keluar sekolah karena peristiwa pada malam itu?
"Mencari nama Zeva? Dia tidak ada di kelompok mana pun." Mikayla akhir-akhir ini memang sering tiba-tiba menyebut nama Zevania di depanku. Sepertinya dia sudah tahu perasaanku. Kata Ryan dia memang memiliki indera keenam. Kurasa dia memiliki kekuatan membaca pikiran. "Kau sepertinya lupa dia adalah anggota klub jurnalistik."
Dugaanku salah. Mikayla tidak bisa membaca pikiran. Aku tidak lupa bahwa Zevania merupakan anggota klub jurnalistik. Aku tidak mengenal anak-anak di klub itu kecuali Mikayla (dan sekarang Zevania) dan yang kutahu, mereka memang diberi pengecualian dalam keikutsertaan acara-acara sekolah.
Saat mengetahui bahwa aku sekelompok dengan Zevania untuk grup pertama, aku juga ingin bertanya kepada Mikayla mengapa Zevania tidak bergabung dengan klub jurnalistik. Namun, aku tetap tidak bertanya karena terlalu malu. Aku bertingkah seolah-olah aku tidak peduli dengan siapa anggota kelompokku.
Faktanya, aku senang telah membantu gadis tropis itu mewujudkannya impiannya: London Eye.
Kelompok musik memang diganti secara keseluruhan. Itu semua karena saranku. Awalnya Ms. Santiago hendak membatalkan pentas musik tahun ini karena kepergian Dave. Kemudian, aku teringat dengan Keira yang begitu bersemangat menulis lagunya, juga anak-anak lainnya yang mungkin sudah menyiapkan segalanya. Oleh sebab itu, aku mengusulkan untuk menggantinya menjadi pentas musik persembahan untuk Dave.
Namun, tidak kusangka Ms. Santiago akan merombak kelompoknya secara keseluruhan. Semua orang tetap harus mengulang lagi dari awal. Aku pribadi tidak terlalu keberatan dengan pergantian kelompok. Pentas musiknya masih tiga minggu lagi. Masih banyak waktu.
Annika mengajak Emre dan aku membuat lagu. Di antara kami bertiga, yang benar-benar terjun di dunia musik adalah Annika--dia jago bermain piano dan memiliki beberapa alat musik akustik di rumahnya. Jadi pada Sabtu pagi Emre dan aku ke rumah Annika untuk menulis lagu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Teen Fiction[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...