Autumn - London
Am I choosing the wise choice?
🍁
Hanya ada 2 hal yang membuatku tetap terjaga di malam hari. Pertama, menonton pertandingan sepak bola antarnegara di Piala Dunia atau Copa America. Kedua, ketika teman-temanku menginap atau sebaliknya—kami akan bergadang semalaman untuk bermain playstation—setiap libur musim dingin atau musim panas.
Namun, tadi malam Dave membuatku tidak bisa tertidur. Sekeras apapun aku mencoba untuk memejamkan mata. Bukan karena dia tiba-tiba datang menginap di rumahku, melainkan ucapannya tadi sore yang terus terngiang-ngiang di telingaku. Terutama pada bagian: "Aku mengenalmu, Andrew. Begitu pun sebaliknya. Aku percaya kau akan memilih dengan bijak karena kau tahu aku tidak pernah main-main dengan ucapanku."
Apa maksudnya? Apakah Dave benar-benar mengancamku? Kalau tidak, lantas mengapa aku merasa terancam dengan ucapannya?
Memilih dengan bijak.
Aku tidak pernah diberi pilihan sesulit ini sebelumnya.
"YO, Drew! Kenapa wajahmu murung seperti itu? Masih berharap Arsenal menang Liga Champions?" Ryan, yang entah datang dari mana, tiba-tiba merangkul bahuku ketika kami memasuki pekarangan sekolah.
Sebenarnya aku malas pergi ke sekolah hari ini, tetapi aku tidak punya alibi yang cukup kuat untuk membolos. Dad pasti akan berpikir bahwa aku kecapekan setelah pertandingan tempo hari dan aku akan dilarang bergabung dengan tim futsal sekolah.
Cukup sulit untuk membujuk Dad supaya mengizinkanku. Kate bahkan harus turun tangan. Aku sangat cemburu dengan Dave atau yang lainnya, yang bebas melakukan apapun yang mereka mau. Dad memang menyukai sepak bola, tetapi dia tidak setuju jika aku lebih fokus ke olahraga dibandingkan akademik.
Itulah alasanku menolak tawaran bergabung dengan Akademi FC Barcelona. Tidak semua mendapatkan tawaran sebesar itu. Saat itu aku benar-benar bertengkar hebat dengan Dad. Rasanya seperti kiamat dalam hidupku.
Aku tidak ingin kejadian seperti itu terulang lagi. Mungkin sepak bola memang bukan takdirku.
"Kau sudah punya rencana untuk liburan musim dingin?"
Langkahku terhenti begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan Ryan. Serius dia bertanya itu? "Kita baru saja masuk sekolah dan kau sudah bertanya rencanaku untuk liburan musim dingin?"
Ryan mengangkat bahunya, bibirnya mengerucut. "Mikayla menyuruhku bertanya ini pada semua anggota futsal. Dia ingin mengajak anak-anak futsal dan majalah berlibur."
Anggota majalah? Zevania? "Dalam rangka apa?"
"Sejak kapan liburan harus dalam rangka sesuatu? We all need to have fun!" Ryan memukul bahuku ketika kami memasuki lorong di mana loker-loker berada. "Aku akan ke ruang klub majalah." Dia berlalu begitu saja setelahnya.
Sekolah masih sangat sepi. Aku datang pagi hari ini karena mencoba menghindari Dave dan Zevania kendati aku tahu pada akhirnya kami akan bertemu di kelas Bahasa Spanyol.
Aku memerhatikan ke sekitar. Hanya ada beberapa murid yang berlalu-lalang di sekitar lorong dan lebih bagusnya aku tidak mengenal mereka.
Tangan kananku meraih sebuah surat dari dalam ransel. Tadi malam aku menulis semacam surat perpisahan untuk Zevania sebagai bentuk tanggungjawabku atas pilihan yang telah kuambil. Aku memilih pilihan yang bijak di mata Dave.
Seperti sepak bola, sepertinya Zevania juga bukanlah takdirku.
Setelah menyelipkan surat itu ke dalam loker milik Zevania, kakiku melangkah menuju lapangan fustal dan menyendiri di sana. Aku menghabiskan waktu di pinggir lapangan futsal sampai bel masuk berbunyi. Rencanaku selanjutnya adalah telat masuk kelas Bahasa Spanyol agar aku tidak punya waktu untuk meladeni Dave bahkan Zeva.
Namun, rencanaku tidak berjalan lancar. Salah satu orang yang ingin kuhindari ini justru muncul di hadapanku.
Ya, Zevania berlari-lari kecil menuju kelas Bahasa Spanyol. Dia berhenti tepat di depan pintu, tampak begitu kelelahan hingga napasnya memburu. Bodohnya aku tetap berjalan hingga berdiri di belakangnya dan tak sengaja berdeham. Aku terpaksa menggigit ujung lidahku untuk menahan senyum.
Apa ini yang disebut dengan pilihan bijak?
Begitu menyadari kehadiranku, Zevania lantas buru-buru melanjutkan langkah kakinya menuju mejanya. Dave juga sudah berada di dalam kelas. Tanpa memalingkan wajah ke arahnya pun aku tahu dia memerhatikan Zevania dan aku.
Bodoh sekali, Andrew. Seharusnya aku menunggu beberapa menit sebelum masuk kelas. Kini Dave barangkali berpikir aku berangkat ke sekolah Bersama Zevania.
Bodoh. Bodoh.
🍁
Aku berhasil melewati kelas bahasa Spanyol dengan tenang meskipun Señorita sempat bertanya mengapa aku terlihat lesu. Aku jawab saja tadi malam aku bergadang bermain playstation dan untungnya dia percaya. Sama sepertiku, Senorita juga mendukung Barcelona. Señorita memang berasal dari Barcelona.
Kelas-kelas selanjutnya aku tidak bertemu dengan Zevania atau Dave, aku dapat bersikap biasa saja dan tentunya bernapas dengan bebas. Tidak merasa tertekan sama sekali hingga ... jam makan siang tiba.
Aku satu kelas dengan Emre di kelas sejarah—kelas terakhir sebelum makan siang. Seperti biasanya, kami para anggota futsal akan makan siang bersama. Pastinya Emre mengajakku dan pikiranku terlalu kacau untuk merancang alibi agar dapat menolak ajakannya. Alhasil kini aku terjebak dalam suasana yang super duper canggung.
Berbeda denganku, Dave terlihat begitu santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara kami berdua. Dia memang tidak mengatakan sepatah kata pun padaku meski kini kami berada di satu meja yang sama di kafetaria.
"Kalian sudah liat video gadis dari kelas musik yang viral?" Ryan menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan seorang gadis dari kelas musik. Video itu baru diunggah beberapa menit yang lalu.
"Siapa dia? Keira Hall? Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya."
"Dave, mungkin kau bisa mendekati dia."
Buru-buru aku melirik ke arah Dave yang duduk di seberangku. Dia mengangkat bahunya dengan santai sambil meminum segelas cola. "Aku sedang fokus pada satu gadis. Zevania Sylvianna."
Matanya bertemu denganku.
Sialan.
"Hei, bukannya itu gadis yang ada di video? Dia berteman dengan gadis incaranmu, Dave!"
Aku tak kuasa untuk tidak menahan kepalaku agar tidak menoleh mengikuti arah yang ditunjuk Ryan.
Dan memang benar. Gadis yang sedang viral itu memang bersama Zevania. Aku tidak tahu ternyata Gadis Eskimo itu memiliki teman selain Annika dan kawanannya.
Mereka tampak kebingungan, mungkin sedang mencari meja yang kosong.
Siapa pun yang memerhatikan mereka berdua pasti akan memikirkan hal yang sama. Terlihat jelas sekali dari raut wajahnya.
Termasuk Ryan yang mengusulkan sebuah ide gila. "Mereka sepertinya sedang mencari meja kosong. Kita ajak saja kemari. Bagaimana Dave?"
Jangan, kumohon jangan.
"Mereka ke meja Dylan dan Tyler," Emre bersuara tanpa nada. Di antara kami, Emre yang jarang berkomentar terhadap apapun hal gila yang Dave lakukan.
Aku merasa lega. Ini yang disebut pilihan bijak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi apabila Zevania dan temannya duduk di sini. Jika itu terjadi, aku sudah siap angkat kaki.
Terjebak di 1 suana canggung adalah salah satu hal yang paling kubenci.
Meja tempat Zevania dan teman-temannya duduk berada beberapa meja di belakangku sehingga aku tidak dapat leluasa melihatnya. Berbeda dengan Dave yang duduk di seberangku. Tanpa melirik ke arahnya pun aku tahu Dave sebenarnya memerhatikanku. Dia belum tahu pilihanku.
Aku sendiri belum menentukannya.[]
![](https://img.wattpad.com/cover/160301503-288-k74237.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Teen Fiction[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...