London — Autumn
I wonder what's your biggest dream? Mine is becoming the next Arsenal's dan England's best goalkeeper and I think you knew that.
🍁
Hubunganku dengan Dave belum membaik selepas kejadian ia menangkapku pulang bersama Zevania setelah melakukan sesi wawancara di Highbury Fields. Aku tidak tahu pasti, tetapi aku merasa Emre dan Ryan sudah menyadari ada yang tidak beres di antara kami. Dave, yang biasanya paling dekat denganku, tiba-tiba bertindak seolah-olah aku tidak berada di sekitarnya.
Misalnya seperti saat ini ketika kami berganti seragam untuk untuk berlatih futsal, loker milikku dan Dave berdampingan namun kami sama sekali tidak saling bicara. Tidak seperti biasanya. Aku dapat merasakan tatapan menyelidik dari Emre dan Ryan.
"Aku duluan." Kututup loker dan meninggalkan ruang ganti terlebih dahulu. Aku tahu apabila Dave yang pertama pergi, Emre dan Ryan akan menyerangku dengan seribu pertanyaan. Masa bodoh dengan apa yang akan Dave katakan kepada mereka berdua.
Aku tidak tahu akan sampai kapan ini berlangsung. Hati kecilku selalu berpikir persahabatan yang telah kami bangun sejak umur 4 tahun tidak mungkin kandas hanya karena seorang gadis. Lagipula bukannya Dave juga tidak menganggap perasaannya dengan Zevania serius? Lain halnya apabila Dave benar-benar menyukai gadis itu. Aku mungkin ... mungkin akan menyerah.
Pada kasus ini, aku tidak tahu pasti siapa yang harus disalahkan atau siapa yang harus mengalah. Namun, kuakui kami berdua sama-sama egois. Dave juga seharusnya tidak perlu melanjutkan niat buruknya untuk membalas dendam pada Annika dengan cara menumbalkan Zevania. Gadis itu tidak bersalah.
Kapan kau dewasa, Dave Collins?
"Hei, Andrew! Kenapa kau diam di situ?" Ryan melingkarkan lengannya pada bahuku. Menarik tubuhku berjalan bersama memasuki lapangan futsal. "Kau kenal gadis itu?" tanyanya tiba-tiba.
Aku buru-buru mengikuti arah pandangnya. Seorang gadis berdiri di sisi lapangan. Matanya mengarah ke tempatku berdiri. "Tidak," jawabku singkat.
"Dari tadi kuperhatikan dia terus memandangimu."
Mataku beralih pada Ryan yang kini tersenyum tidak jelas padaku.
"Dia gadis yang viral itu kan?" Suara Dave terdengar dari belakangku.
Mendengarnya, aku lantas kembali melihat ke arah gadis itu. Ia memang tampak familiar, tetapi aku tidak mengingatnya dengan baik. Kini ia menunduk, memerhatikan sebotol minuman dalam genggamannya.
"HEI GADIS YANG VIRAL, KAU MENUNGGU ANDREW STANLEY?" Dave berteriak tiba-tiba dan sontak menarik perhatian semua orang di sekitar lapangan futsal, termasuk gadis itu.
Gadis itu pun tampak terkejut. Ia menyembunyikan kedua tangannya di belakang tubuhnya dan membuang muka.
"Kurasa tebakanku benar. Andrew, temui gadis itu!"
Dave memang terkenal dengan sifatnya yang menyebalkan dan aku sudah kebal dengannya. Namun, yang satu ini ... aku benar-benar merasa kesal padanya. Apa haknya menyuruhku menemui gadis itu? Ia bahkan tidak menjawab pertanyaan Dave. Bisa saja dia menunggu orang lain.
Aku ingin mengabaikan gadis itu, tetapi teriakan Dave barusan benar-benar membuat semua orang penasaran. Kini mereka semua menghentikan aktivitas masing-masing dan menonton kami. Aku tidak punya pilihan lain selain menghampiri gadis itu seperti perintah Dave.
Namun, saat aku hendak mengambil langkah, gadis itu tiba-tiba meninggalkan lapangan futsal. Aku tidak tahu mengapa tetapi aku merasa lega. Sementara Dave tertawa seraya berjalan mendahuluiku ke tengah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Fiksi Remaja[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...