12 | Threat

837 154 71
                                    

halo! mulai chapter 12 ini mungkin ada sedikit perubahan narasi dari Journal: The Seasons tapi intinya sama sih. ya aku mau sekalian revisi gitu jadi mohon jangan bingung ya. happy reading!

🍂

Wawancara dengan Zevania berjalan sangat lancar. Jujur aku suka dengan cara gadis itu menyampaikan pertanyaannya padaku. Seolah-olah kami sedang tidak melakukan sebuah wawancara, hanya mengobrol santai. Percakapan yang dibangun olehnya mengalir begitu saja.

Tanpa kusadari aku merasa nyaman dan membiarkan Zevania mengorek lebih dalam tentang diriku. Aku ingin dia mendengar apapun cerita tentang Andrew Stanley dari mulutku sendiri, bukan orang lain. Aku ingin dia mengenalku.

Sejujurnya, aku juga ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu. Namun, sayangnya aku tidak memiliki alasan yang kuat. Aku tidak tahu harus menjawab apa ketika Zevania bertanya demikian. Dia sendiri memberiku pertanyaan karena itu merupakan tugasnya, bukan kemauannya sendiri.

Ini bukan pertama kalinya aku diwawancarai oleh anggota klub yang kebanyakan perempuan itu. Sebelumnya mereka selalu mengirim orang yang menurutku kurang cocok sebagai pewawancara.

Aku tidak mengerti mengapa saat di hadapanku, mereka mendadak membeku dan tidak banyak bicara. Mereka juga hanya menanyakan pertanyaan membosankan seperti mengapa aku lebih suka bermain sebagai kiper, apa klub bola favoritku, siapa pemain bola idolaku, dan sebagainya. Aku sendiri sudah lelah menjawab pertanyaan yang diulang-ulang seperti itu.

Pada awalnya kupikir Zevania juga akan melakukan hal yang sama—meskipun sebenarnya aku tidak terlalu keberatan. Namun, di luar dugaanku, metode yang digunakannya ternyata berbeda. Caranya memberiku pertanyaan dengan dibumbui sedikit umpan berhasil memancing jawaban yang rasanya kami berdua sama-sama puas.

Zevania tahu segalanya tentang diriku. Aku ingin kami imbas tapi tidak tahu bagaimana caranya. Dia jauh lebih hebat berbicara daripadaku yang masih kaku ini. Bahkan kini aku tidak berani bertanya di mana dia tinggal dan hanya berjalan di belakangnya.

"Kau mengikutiku?" Zevania menghentikan langkahnya dan kini menatapku dengan pandangan curiga. Apa aku sudah melakukan kesalahan? Apa dia tidak suka aku ikuti?

Ah, satu fakta tentang gadis itu yang baru kuketahui: dia memiliki semacam insting yang kuat. Buktinya dia sadar bahwa aku diam-diam mengikutinya.

"Tidak," aku beralibi seraya menghampiri Zevania. "Aku memang biasa berjalan kaki dari sini. Maksudku, dengan skateboardku. Kau sendiri? Tidak naik bus?"

Setelah berhasil menyusulnya, aku melihatnya menggelengkan kepalanya. Tanpa melirikku, dia menjawab, "Awalnya kupikir harus naik bus tapi kata Annika jarak rumah kami tidak terlalu jauh dari sini."

"Annika Alanen?" Aku memastikan Annika yang kami bicarakan adalah orang yang sama—kendati aku sudah mengetahui fakta bahwa Zevania dan Annika memang dekat dari awal kami bertemu di The Aksov. Mereka juga tampak sangat akrab di sekolah.

"Ya, aku tinggal di rumah keluarga Alanen. Orangtuanya adalah rekan kerja bos ayahku atau apalah," jelasnya yang memberiku pencerahan mengapa Julian yang menjemput Gadis Eskimo di bandara tempo hari.

"Melgund Road?" tebakku Aku tahu letak rumah keluarga Alanen tinggal. Hubungan keluarga kami cukup dekat terutama antara Kate dan Julian. "Aku tinggal di Bryantwood Road dekat Emirates."

"Aku tahu itu dekat Emirates," sahutnya terdengar agak judes.

Sepertinya dia sedikit sensitif ketika aku membahas sepak bola. Apakah dia masih tidak terima fakta bahwa aku mendukung Arsenal alih-alih Manchester United terlebih karena aku berasal dari keluarga yang berlatarbelakang penggemar Manchester United?

Journal: The ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang