3 | Note

1.3K 246 30
                                    

London - Autumn

I saw you, Eskimo Girl. But I was afraid to talk you.

🍁

Ide Dave ini bisa dibilang gila. Dia sudah lama menyimpan dendam pada Annika dan menurutnya, mematahkan hati teman baru Annika merupakan suatu gagasan yang luar biasa keren.

Menurutku tidak. Siapapun gadis itu, dia tidak pantas menerima ini semua. Dia baru datang ke London dengan barangkali sejuta ekspetasi indah yang akan dia dapatkan selama di London.

Aku mengetahuinya karena Kate juga demikian. Saat mengetahui bahwa dia diterima kuliah di Paris, dia senang bukan main. Aku tidak bisa membayangkan apabila ada seorang cowok Prancis yang mendekati Kate hanya untuk mematahkan hatinya.

Dave bilang dia akan memberitahuku rencana luar biasanya pagi hari ini ketika bertemu gadis itu. Dia yakin betul gadis itu akan bersekolah di sini. Sama seperti Annika. Maka dari itu aku sengaja datang terlambat agar terhindar dari Dave. Lucu memang, menghindari teman sendiri.

Cepat atau lambat, aku pasti akan bertemu Dave. Kelas pertama kami juga sama, yaitu bahasa Spanyol. Aku yakin Dave langsung memberitahuku rencananya saat itu juga. Parahnya, dia meminta bantuanku.

Aku secara terang-terang menentang ide gila Dave ini. Ryan hanya tertawa dan menyebut Dave sudah kehabisan akal. Sedangkan Emre bilang dia tidak tega dengan gadis itu. Sama sepertiku. Namun, Dave tetap bersikeras bahwa dia tidak akan kelewatan batas.

"Hati-hati. Kau bisa saja jatuh cinta padanya. Seperti aku terhadap Mikayla." Hanya Ryan yang terpikirkan hal semacam itu atas rencana Dave, tentu saja berdasarkan pengalaman pribadi. Sebelumnya dia tidak menyukai klub jurnalistik termasuk Mikayla Bennett, ketua klubnya. Siapa yang menyangka mereka akan menjadi pasangan terpopuler di Islington High.

"Itu tidak akan terjadi," bantah Dave, aku agak lega mendengarnya. Sebelum dia melanjutkan, "Kalau aku jatuh cinta padanya, itu bagus. Aku tidak perlu repot-repot bertingkah laku seperti itu di depannya. Akan sangat alami. Annika pasti jauh lebih murka dengan itu."

Aku harap itu tidak terjadi, Dave.

Dan hari pertama di tahun terakhir sekolah akan menjadi saksi baru bagi kisah hidup gadis itu. Tubuhnya yang lebih pendek di antara gadis lainnya dan rambutnya yang hitam alami membuatnya terlihat mencolok di mataku. Aku dengan mudahnya mengenali gadis Eskimo itu di antara kerumunan murid.

Dia melambaikan tangan pada Annika. Itu bukan loker Annika, berarti itu loker gadis Eskimo. Aku punya ide baru.

Tentunya bukan ide untuk mematahkan hatinya.

Aku mengikuti langkah gadis itu. Sambil memegang selembar kertas, dia terlihat sedang mencari sesuatu. Mungkin kelasnya. Aku ingin sekali membantunya mencari ruang kelasnya, tetapi aku tidak berani.

Aku takut dia akan menghindariku karena aku berada di lapangan saat itu. Saat bukunya basah terkena bola basket lemparan Dave. Aku juga takut dia mengingat wajahku, orang yang menertawakannya di bandara karena salah kostum.

Aku ingin dia melupakan wajahku, setidaknya sebelum dia mengetahui namaku.

Gadis Eskimo itu menaiki tangga dan berbelok ke lorong yang entah kebetulan sama dengan kelas pertamaku, bahasa Spanyol. Dia memerhatikan sekitarnya sementara aku berusaha menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengannya.

Dia berhenti di depan kelas bahasa Spanyol. Mengecek kertasnya sekali lagi sebelum akhirnya memasuki kelas itu. Dia diam untuk sesaat, tampak ragu untuk membuka pintunya. Tingkahnya lucu. Aku harus menggigit bibir agar tidak tertawa.

Journal: The ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang