London – Autumn
"Remember that Japanese girl named Akira? I guess she was an angel sent by heaven. I would like to thank her."
🍁
Perasaanku kini bercampur aduk pasca peringatan Dave, yang entah untuk keberapa kalinya menghantui pikiranku.
Di satu sisi otakku menyuruhku menyerah sehingga dengan begitu hubungan persahabatan kami, yang telah terjalin selama bertahun-tahun, mungkin akan kembali seperti semula. Di sisi lain, hatiku mengatakan bahwa aku harus terus berjuang kendati aku mungkin akan kehilangan sahabatku.
Aku sudah menyerah sebelumnya dan kini aku bertekad tidak boleh mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Lagipula aku ingin sekali mengatakan pada Dave bahwa dialah yang seharusnya mengalah. Obsesinya untuk membalas dendam kepada Annika dengan cara menggunakan Zevania sangat kekanak-kanakan. Aku juga tidak mengerti mengapa ia sebenci itu dengan Annika dan teman-temannya. Masa lalu biarlah berlalu, bukan? Dave membuatnya seolah-olah hidupnya akan berakhir apabila semua keinginannya tidak terpenuhi.
Kalau otak dan hati Dave berfungsi, seharusnya ia menyadari bahwa tindakannya sama saja seperti membuang-buang waktunya sendiri. Lebih baik mendekati gadis yang benar-benar dicintainya.
Seandainya ada seseorang yang dapat kuajak bicara tentang hal ini. Emre dan Ryan? Tidak, aku tidak ingin teman-temanku merasa seperti harus memilih salah satu sisi. Masalah ini cukup terjadi antara aku dan Dave saja. Kate? Ia juga tidak tahu menahu mengenai hal ini. Dave dan Kate cukup dekat, aku tidak ingin merusak hubungan mereka.
Sial. Aku tidak pernah merasa sefrutrasi ini. Dave dan Dad sama-sama membuatku harus memilih antara dua hal yang seharusnya bisa berjalan bersamaan. Aku benci ketika seseorang mengatur kemauanku. Ini hidupku, aku tahu apa yang terbaik untuk diriku sendiri.
"Kau menyukai Zeva?"
Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut seorang gadis Asia yang tiba-tiba muncul di hadapanku, berdiri tepat di tempat Dave tadi. Dia adalah Akira, bukan Zevania tentunya. Gadis itu masih menikmati pemadangan kota London bersama Keira.
Sepertinya ... ya, aku menyukainya. Aku ingin menjawab itu, tetapi entah mengapa mulutku membisu. Seolah-olah perasaanku hanyalah rahasia yang kusimpan untuk diriku sendiri dan tidak boleh ada yang tahu.
"Tapi Dave si cowok brengsek itu menghalangimu, ya?" katanya. "Kulihat sepertinya dia ingin melakukan hal yang sama kepada Zevania seperti yang dilakukannya padaku."
Aku sedikit kaget mendengar Akira menyebut Dave cowok brengsek. Namun, tak bisa kupungkiri pula bahwa diriku setuju dengannya. Dave memang dikenal seperti itu di mata orang-orang yang tidak begitu mengenalnya, tetapi aku tahu sebenarnya ia adalah orang yang baik.
Kita semua tahu tidak ada manusia yang benar-benar baik atau benar-benar jahat. Semuanya memiliki sifat baik dan buruk. Termasuk diriku sendiri. Kita tidak bisa mengelaknya. Kita hanyalah manusia dan manusia tidak ada yang sempurna.
"Kau tahu alasanku ikut ke sini sekarang padahal kau tahu betul betapa aku membenci Dave?"
Ya, aku tahu betul seberapa besar ia membenci Dave. Kurasa semua orang di Islington High School juga tahu. Apakah Zevania mengetahuinya juga? Ia baru di beberapa bulan di sini. Kurasa.
"Aku ingin melindungi Zevania dan membantunya agar tidak terjebak oleh Dave sepertiku dulu," katanya, menjawab pertanyaannya sendiri. Akira menoleh pada Zevania sekilas sebelum mengatakan, "Kalau kau menyukainya, pertahankan dia. Kabar baik bagimu ... Zeva tidak menyukai Dave. Dia bahkan tidak suka satu kelompok dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Reasons
Teen Fiction[BOOK #2 OF THE JOURNAL SERIES] Andrew Stanley tidak pernah menulis jurnal sebelumnya, dia benci membaca dan menulis karena menurutnya membosankan. Hobinya adalah bermain sepak bola dan tujuan hidupnya hanya satu: menjadi seorang kiper profesional y...