4

3.5K 149 0
                                    


"Demi apa lo minggu pagi udah bangun jam segini!!" Dinaya memasang wajah sok kagetnya sambil menutup mulut. Dia melihat Ari berjalan santai lengkap dengan setelan olahraga.

"Alah lebay lo, mirror pleasee!!" Ari merebut susu coklat yang ada di tangan Dinaya. Dinaya melongo.

"Punya gwww!!!!" Telat, dalam sekejap Dinaya harus merelakan segelas susu hangatnya karena sudah masuk ke perut Ari. Ari cengengesan.

"Bikin lagi lah, repot amat"

"Ish!!! Adek durhaka lo nyiksa sodara" Dinaya terpaksa menyeduh susu bubuk itu lagi. Dan meminumnya dengan cepat. Jangan sampai ada manusia lain yang berniat merampas miliknya lagi.

"Lo mau lari kemana? Sama siapa?"

Dinaya mengangkat bahunya cuek tidak berniat menjawab pertanyaan Ari, dia sudah kesal duluan.

"Sama Dani-Dani itu ya?" Selidik Ari

"Kepo!"

"Ya elah.. sok-sok an lari lo. Semua orang juga tau kalo lo paling males yang namanya olahraga lari" Ari mencibir. Dia melihat jam tangan sportnya. Masih ada waktu 15 menit sebelum jemput Hani.

"Siapa bilang gw mau lari? Gw mau JJP doang" Dinaya juga melirik jam sportnya. 'Dani ngaret nih, gw udah bela-belain bangun pagi gini' rutuk Dinaya dalam hati.

Ari tersenyum melihat wajah kakaknya. Wajah cantiknya sangat terlihat jelas sedang bosan karena menunggu orang. Dinaya juga penganut antingaret kalo udah janjian.

"Emang lo janjian jam berapa sampai bangun pagi banget? Wajah bosan lo keliatan banget kalo orang yang mau jemput udah ngaret. Hahahaha kasian" Ari menepuk-nepuk pucuk kepala kakaknya. Saat ini mereka sudah duduk manis di teras rumah sambil menunggu jemputan Dinaya. Ari sebagai adek yang berbakti memutuskan untuk menemani kakaknya.

"Bikin kesel, ngaret 15 menit. Bosen juga. Untung pertama kali, kalo sampe dua kali, langsung gw blacklist jadi calon suami" Wajah Dinaya berubah jadi masam. 'Tau gini mending gw tidur lebih lama' batinnya.

"Noh orangnya" Ari menatap mobil sport yang baru masuk melewati gerbang rumah.

"Ya udah gw duluan" Dinaya berlari kecil mendekati mobil Dani. Ari mengangguk kecil dan beranjak ke mobilnya setelah kepergian Dinaya.

"Lo telat bangun ya?" Tuduh Dinaya kesal saat mobil sudah keluar gerbang rumah. Perasaannya saja atau hawa di dalam mobil Dani emang panas? AC mobil kayaknya ga ngaruh walau udah dinyalain.

"Nggak, gw udah siap dari tadi. Tapi mama minta anterin ke rumah tante Helen. Ini aja gw ngebut biar cepat sampai sini" Dani berkata dengan wajah penuh penyesalan. Dinaya tidak tega gaiiss.

"Wahhh anak berbakti. Padahal bisa ngabarin biar gw ga nethink sama lo" Mood Dinaya sudah membaik. Dia sangat suka anak yang berbakti. Nambah nilai plus sebagai calon suami. Hehe

"Emang nethinknya mikir gw lagi ngapain?" Goda Dani dengan sedikit melirik Dinaya yang tampak memukau dengan setelan sportnya, rambutnya dicepol memperlihatkan leher jenjangnya. Dinaya terlihat makin seksi.

Dinaya hanya mencibir dan ekspresinya itu tidak luput dari perhatian Dani. Sekarang, fokus cowok tampan itu jadi terbagi antara menatap jalan atau Dinaya yang pesonanya sulit diabaikan.

"Kenapa?" Dinaya yang dari tadi sibuk maen hp akhirnya bertanya. Karena risih sama tingkah Dani yang sebentar-sebentar menoleh padanya.

"Lo cantik banget. Gw salah fokus" jujur Dani pake banget.

"Hahahahaha ga usah ngegombal, masih pagi. But thanks pujiannya walau gw ga terlalu suka dibilang cantik". Aneh! Mana ada cewek yang tidak suka dibilang cantik. Dinaya memang berbeda.

"Terus lo sukanya di bilang apa?"

"Sexy or Hot" singkat dan jelas dengan senyuman khasnya. jawaban Dinaya berhasil membuat Dani refleks menoleh kaget padanya. Untung mobil sudah berhenti di parkiran. Kalau ga, Dani bisa nabrak karena omongan Dinaya.

"Speechless gw sama pikiran lo" Dani masih menatap Dinaya yang cengengesan. Dani tidak berbohong kalau Dinaya makin mempesona setelah mendengar kata-kata tadi.

"Ya udah sih, biasa aja mukanya" Dinaya sempat menjepret wajah cengo Dani yang menatapnya takjub. Yess! Bakalan jadi bahan buat ngeledekin dia di grup.

"Gw boleh tau alasannya?" Sempat terlintas pikiran buruk tentang Dinaya diotak Dani. Karena kata-kata seperti itu lebih cocok sama cewek 'hm' you know what i mean.

"Haduh kepo" Dinaya mengabaikan Dani dan memilih keluar mobil. Dia memulai pemanasan sendiri di dekat mobil. Rasanya sudah lama dia tidak ke CFD semenjak kerja di RSUP. Sesekali matanya menangkap basah beberapa cowok sampai bapak-bapak yang curi pandang padanya. Bukannya sombong, Dinaya memang sudah terbiasa dengan tatapan memuja seperti itu.

"Ucapan lo bikin pikiran negatif masuk ke otak gw" Dani jujur. Dia masih memperhatikan Dinaya dengan intens. 'Ga mungkin cewek elegan dan terhormat kayak dia kelakuannya hm' pikir Dani.

"Ya udah gw jelasin sambil jalan" Dinaya mendahului Dani keluar parkiran mobil. Mereka memarkir mobil di parkiran Senayan City, Jadi harus berjalan beberapa puluh meter menuju bundaran senayan dan mulai lari.

"Jadi?" Sebenarnya Dani merasa tidak enak karena dirinya terlalu kepo. Tapi rasa ingin tau dan demi menghindari nethink menuntutnya untuk terus bertanya.

"Gw lebih suka dipuji karena hasil kerja keras gw dibanding hasil pemberian" Dinaya ngelap pelipisnya yang sudah mulai berkeringat. Matahari udah terik walau masih pagi.

"Maksudnya?" Dani bingung. Tapi matanya tidak lepas dari Dinaya sedetik pun. Dinaya bikin dia salah fokus lagi.

"Kalau orang bilang cantik, itu maksudnya kan ke wajah gw. Wajah ini pemberian Tuhan dan emang begini dari lahir, ga pernah diubah atau diapa-apain. Menurut gw yang patutnya di puji itu adalah Sang pencipta yang udah ngasih wajah cantik ini dari lahir. Sedangkan kata-kata sexy biasanya ditujukan pada bentuk tubuh, raut wajah dan cara berpakaian. Nah di bagian ini gw selalu berusaha menjaga tubuh dan penampilan. Makanya kata-kata pujian 'sexy' itu serasa pujian pada usaha gw" Dinaya jadi ngos-ngosan karena berbicara panjang lebar sambil jalan cepat. Keringatnya makin bercucuran deras padahal dia belum mulai lari.

"Wow pemikiran lo memang selalu bikin gw terpukau. Kayaknya ga butuh waktu lama buat gw jatuh hati pada lo. Minggu depan gw lamar ya?" Ucapan Dani membuat Dinaya refleks menoleh kepadanya. Entah Dinaya yang kurang fokus atau Dani yang berbicara terlalu cepat dan mengagetkan. Rasanya Dinaya jadi tidak percaya dengan pendengarannya barusan. Dinaya memperhatikan ekspresi Dani yang penuh harap.

"Whatt?! Lo serius?" Raut terkejut Dinaya malah membuat wajahnya terlihat lucu dimata Dani.

"Iyalah. Gw ga pernah maen-maen" Dani terlihat serius. Dinaya percaya pada keseriusan cowok itu.

"Ya udah gw tunggu" Dinaya dengan cepat berubah kembali santai. Dani kembali takjub.

"Lo satu-satunya cewek yang bisa bikin gw move on dari mantan terindah" Dani tersenyum kecil. Dia sebenarnya masih belum yakin perasaannya pada Dinaya adalah rasa suka atau hanya kagum sesaat. Kata-kata move on sudah menghantuinya selama 1 tahun ini karena ditinggal mantan tunangannya tanpa kabar.

"Alhamdulillah" Dinaya tersenyum manis dan menular pada Dani yang sempat terlihat murung, teringat mantan.
...

Di lain tempat, Ari merasa bosan dengan tingkah Hani. Dari tadi dia sibuk membuat instastory dan snapchat. Ketika dia berlari duluan, Hani malah teriak-teriak manja dengan Hp yang masih on di sosmed. Dia masih sempat bikin story saat berlari. Ari merasa di permainkan, Hani berlari sebentar terus jalan, begitu berulang-ulang dan dia tidak membiarkan Ari berlari sendiri.

"Hani, lo jalan aja ya, gw duluan lari dan nunggu lo di bundaran HI" tanpa menunggu jawaban Hani, Ari langsung berlari cepat mengabaikan teriakan memalukan Hani.

'Dihh malu-maluin gw njirrr' umpat Ari dalam hati saat berlari.

Ketika mendekati bundaran, Ari merasa melihat kakaknya yang sedang makan lontong sayur di trotoar depan HI. Dia mendekat dan ternyata beneran Dinaya.

"Hola sister!"

....

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang