Andai dulu....
"Ayok berangkat" lamunan Dinaya buyar ketika Ari menariknya masuk ke dalam mobil. Mereka on the way menuju Aula di sebuah Hotel bintang lima untuk menghadiri acara yang diadakan oleh rekan bisnis papa, Orang tua Ria.
"Kalo mau puter balik sekarang masih sempat" Ari melirik Dinaya yang diam sejak mobil berjalan.
"Buat apa? Ngehindar lagi? Gw capek kucing-kucingan dan ini saatnya gw liat dengan mata kepala gw sendiri sejahat apa orang itu sama gw" Dinaya menyilangkan tangannya di dada sambil menajamkan pandangannya pada jalanan yang sedikit macet.
"Bukannya gw ngga percaya sama lo, tapi gw hanya khawatir akan hal yang tak terduga"
"Maksudnya?" Kali ini Dinaya menatap Ari yang terlihat gelisah.
"Perasaan gw nggak enak"
Sama! Dinaya juga merasakannya. Tapi sejak kemaren dia terus mencoba memantapkan hati dan meyakinkan dirinya bahwa dia bisa menghadapi itu.
"Dani?" Dinaya menepuk halus pundak Dani yang tampak asyik mengobrol bersama kedua orang tuanya. Mama dan papa ikut menoleh pada Dinaya dan Ari yang baru datang.
"Loh, si Iki nggak diajak?" Mama mendekat dan merapikan anak rambut Dinaya, aura dewasa Dinaya makin keliatan dengan gaya rambut yang sengaja di cepol.
"Katanya mau ngapel pacar" jawab Ari singkat.
"Anak itu emang bandel" papa angkat suara.
"Biasa om.. anak muda now era" Dani tersenyum. Matanya sedari tadi tak berpaling dari Dinaya. Hanya sesekali ketika membalas ucapan para orang tua barulah dia mengalihkan pandangan, itupun hanya sebentar.
"Selamat datang keluarga Feriawan, maaf saya baru bisa menyambut. Tamu penting dari luar negeri terlalu banyak" sombong adalah ciri khas dari seorang Ario Adithama.
"Gapapa.Terima kasih sudah menyempatkan waktu menyambut kami" Papa menyalami bapak Ario.
"Oh siapa ini? Anak-anak kalian?" Mata Ario beralih kepada Dinaya dan Ari yang paras mereka memang sangat mirip dengan kedua orang tuanya.
"Perkenalkan saya Dinaya Feriawan" Dinaya menyulurkan tangan sambil tersenyum manis.
Ario tampak terpaku sejenak lalu membalas menjabat erat tangan Dinaya.
'Sungguh gadis anggun dan menarik' batinnya.
"Dan saya Fahri Feriawan" Ari tersenyum ramah sembari menjabat tangan Ario.
"Senang berkenalan dengan Feriawan junior. Apakah kamu yang bekerja di Polresta bersama menantu saya?"
Ari mengangguk. Dia paham siapa menantu yang dimaksud Ario.
"Lalu yang ini?" Ario menatap Dani. Dani tersenyum membalas dan mengulurkan tangan.
"Perkenalkan, saya perwakilan dari keluarga Erwanto, Saya Dani Darmawan"
Ario kaget.. Darmawan? Dimana dia mendengar nama itu? Beberapa detik dia terpaku dan barulah mengingat kejadian 30 tahun lalu. Ketika dia dikalahkan dalam perebutan tender oleh saingan bisnisnya dan disaat yang sama dia kalah dalam memperjuangkan cintanya. Sisi, sahabat sekaligus wanita yang dicintainya sejak SMA.
"Om?" Dani mengerti kenapa Ario diam, karena mamanya sudah bercerita kisahnya bersama almarhum papa dan sahabatnya dahulu. Sisi berpesan agar Dani tidak ikut menghindar dari Ario karena masalah yang dihadapinya adalah masalahnya sendiri dan tidak boleh perngaruh pada keluarganya yang lain.
"Oh maaf, saya jadi teringat masa lalu. Jadi kamu anaknya Sisi dan Darmawan?"
Dani mengangguk mantap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Possesive Bro (End)
Ficțiune generalăSiapa sangka seorang Dinaya Feriawan, dokter cantik, elegan dan sangat seksi itu masih menjomblo selama 25th hidupnya, alias jomblo seumur hidup. Bukannya dia punya kelainan soal percintaan, dia mau dan ingin. Hanya saja Perjuangannya selalu terhamb...