"Love your self, taste your life and don't hurt other people" -- base for good life
Dinaya
---------------------------------------------"Woi kebo jantan!! Bangun!!"
"Astaga ni anak masih napas ga sih? Susah banget di bangunin!" Dinaya memaki-maki Ari yang tidak mau bangun, padahal sudah dari 1 jam yang lalu dia berteriak bolak balik dapur dan kamar cuma untuk membangunkan Ari.
Kegiatan itu terpaksa Dinaya lakukan karena orang tuanya sedang ke luar kota. Pembantunya sedang pergi dan tinggallah dia bersama Ari dan Iki. Tugas membangunkan dua cecunguk itu harus dibebankan kepadanya.
"Ariii...!!!!!! Ini udah jam 6. Lo mau telat ngantor??!" Dalam satu tarikan napas Dinaya berteriak di telinga Ari. Beruntung Ari langsung duduk dan mengusap telinganya yang berdengung. Dinaya berlalu meninggalkannya.
"Tugas kedua" Dinaya menghela napas berat sebelum masuk ke kamar adik bungsunya.
"Ikii!!!! Bangun!!! Sejam lagi lo telat sekolah" Untung Iki bukan kebo kayak Ari yang butuh tenaga ekstra untuk dibangunkan. Iki langsung terbangun setelah teriakan pertama dari Dinaya. Dia sedikit linglung berjalan menuju kamar mandi. Dinaya tersenyum melihat tingkah adiknya kemudian beralih pada kasur Iki yang berantakan.
"Huft!! Tugas mak-mak gini nguras tenaga banget. Kayaknya gw belum siap berkeluarga deh" ucap Dinaya bermonolog sambil membereskan kasur Iki yang berantakannya na'uzubillah.
"Langsung ke bawah ya ki, sarapan udah ada"
"Iyaa!!" Iki menjawab dengan suara lantang dari kamar mandi tanpa bunyi air. Iki sedang fokus membuang penyakit dari tubuhnya.
Dinaya menuju meja makan dan melihat Ari sedang menyantap sandwich yang berisi telur, sayuran dan keju buatan Dinaya.
"Laper banget ya? Ampe udah ngabisin 2 potong" Dinaya duduk didepan Ari.
"Harusnya lo buka kafe, masakan lo enak semua" Ari mengacungkan jempol pada Dinaya tanpa repot-repot menoleh pada Dinaya. Sepertinya sandwich itu lebih menarik perhatiannya.
"Saran yang bagus. Sayangnya telat. Gw udah punya kafe kecil-kecilan di Kebon Jeruk" Dinaya memakan sandwichnya yang dibuat tanpa saos dan mayonaise.
"Serius? Kok gw ga tau. Sejak kapan?" Ari menghentikan kegiatan makannya dan menatap Dinaya penasaran.
'Akhirnya pesona sandwich itu bisa gw kalahkan' batin Dinaya bangga.
"Udah 3 bulan. Ki, punya lo yang itu" Dinaya menunjuk sandwich Iki yang spesial tidak pake sayuran. Iki yang baru duduk di samping Dinaya langsung melahap jatah sarapannya.
"Enak seperti biasa. Thanks kak"
"Widihh.. berarti lo udah jadi wirausahawan dong sekarang. Gw mau liat kafe lo ntar malem. Pulker gw jemput ya, temenin gw ke sana" Ari sangat bersemangat. Dinaya menatapnya dengan tatapan menyelidik.
"Boleh, tapi ga ada yang gratis di dunia ini. Sekedar mengingatkan" Dinaya kembali melahap potongan terakhir sandwich di tangannya. Ari mencibir dan berucap 'pelit' tanpa suara.
"Ngomongin apa sih?" Iki penasaran. Dia mengambil tissue dan membersihkan sisa saos dibibirnya.
"Lo tau ga? Dinaya punya kafe di kebon jeruk?" Ari kembali antusias membahas itu. Dinaya cuek mengabaikan tatapan dua orang yang menatapnya kagum tak berkedip. Tatapan memuji sudah sangat biasa diterima Dinaya.
"Wahhh kak Dinaya emang selalu jadi yang terbaik. Kalau gitu ntar malam gw ikut" Iki berniat memeluk kakaknya saking bersemangat, tapi ditolak Dinaya. Iki merengut kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Possesive Bro (End)
Fiksi UmumSiapa sangka seorang Dinaya Feriawan, dokter cantik, elegan dan sangat seksi itu masih menjomblo selama 25th hidupnya, alias jomblo seumur hidup. Bukannya dia punya kelainan soal percintaan, dia mau dan ingin. Hanya saja Perjuangannya selalu terhamb...