37

1.3K 71 6
                                        

Deg!
Dinaya bingung, padahal dia sudah bertekad untuk menghadapi semua masalahnya dengan tenang dan santai dengan bermodalkan kembali seperti dirinya yang dulu, tidak ada kerapuhan, tidak ada air mata kebodohan dan tidak ada keraguan.

Tapi apa yang terjadi sekarang, saat panggilan di hp nya yang menampilkan nama seseorang yang membuatnya lupa dengan tekadnya.
'Yudha' cowok yang berniat membantu Dinaya bangkit dari keterpurukannya tapi malah membuatnya menjadi makin terpuruk. Cowok yang berniat menjadikannya wanita paling bahagia disisinya tapi malah mengkhianatinya. Cowok yang ingin menghapus memori buruknya tapi sebaliknya malah menambahnya semakin buruk.

Drrtttt...... drtttttt!
Masih bergetar dan Dinaya masih bergeming dengan pikirannya.

Hp Dinaya berenti berkedip dan bergetar. Sejak semalam, entah kesialan yang emang sedang datang kepada Dinaya, cowok itu tiada henti menelponnya. Dinaya yang masih pusing dengan masalah siang hari antara dirinya, Zaya dan Irfan, makin sakit kepala dengan kemunculan Yudha yang tiba-tiba. Padahal beberapa hari cowok itu menghilang seakan tersesat di dimensi lain selama Dinaya berada di Padang.

Dinaya menghela napas berat, berharap beban di hati dan pikirannya akan lepas sembari helaan napasnya keluar. Tapi salah, sedetik kemudian bebannya terasa lagi..

Drrrtt... drrttt....

"Assalamualaikum..." Dinaya berusaha tenang.
Hening sejenak.

"Waalaikum salam. Kamu dimana?"

Pertanyaan pertama dari Yudha setelah mereka terakhir kali bertemu dengan masalah yang masih gantung. Dinaya mendengar nada khawatir dari suara Yudha.

"Di rumah" Dinaya tidak berbohong.

"Rumah yang mana? Bisa ketemu?"
Lembut dan masih dengan nada khawatir.

Dinaya tidak berniat menjawab pertanyaan pertama. "Untuk sekarang nggak bisa"

"sebentar saja. Kita harus ketemu" mulai ada nada memaksa dari suara Yudha.

"Jangan paksa aku" Dinaya menekan nada bicaranya.

"Maaf. Tapi aku harus ketemu dan kita harus bicara"

"Nanti kalo aku udah punya waktu"

"Besok Dinaya!! aku akan ke tempatmu"

Dinaya berpikir, kemana Yudha akan menyusulnya? Rumah mama?

"Sudah aku bilang, jangan paksa"

"Besok, aku ke tempatmu. Kita harus bicara secepatnya sebelum terlambat"

Dinaya mengerutkan dahinya. Apa maksud Yudha? Apa yang akan terlambat?

"Lewat telpon aja"

"Dinaya, kita harus ketemu dan bicara langsung" Yudha terdengar frustasi.

"Aku ngga bisa"
Dinaya ngotot mempertahankan sikapnya.

"Orangtuamu membatalkan rencana pertunangan kita. Dan Mereka bicara langsung pada orang tuaku" Yudha benar-benar frustasi. Dinaya menjadi makin keras kepala setelah bertengkar dengannya.

"Lalu apa masalahnya?" Dinaya berusaha tenang. Awalnya dia sedikit kaget bukan karena pembatalannya, tapi karena orangtuanya langsung ikut andil dalam menyelesaikan masalahnya dengan Yudha. Dinaya mengerti niat orangtuanya. Biarlah nanti dia nanya langsung setelah kembali pulang.

"Orangtuaku belum tau hubungan kita, dan mereka shock setelah tau rencana pertunangan kita"

"Lalu?"

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang