23

1.7K 102 0
                                        

Bughhh!!!!!

Aaaaaaaahhhh!!!

Dinaya kaget!! Sontak dia mendorong Yudha dan berlari ke sumber keributan.

"Zaya lo kenapa?"
Dinaya memeluk Zaya yang menangis melihat pergumulan di hadapannya. Pipit juga ikut memeluk Zaya. Mereka berdua sama-sama kelihatan shock.

"Kalian berdua berhenti!!!" Dengan suara lantang Dinaya melepas Zaya dan berjalan mendekati dua pria yang saling bertatapan dengan tinju masing2 masih tergantung di udara.

"Dion?" Dinaya memastikan penglihatannya tidak salah.

"Wow!! Halo dokter Dinaya, senang berjumpa lagi" Dion tersenyum menggoda sambil membenarkan penampilannya dan mengabaikan Dani yang masih menatapnya tajam.

"Bisa jelaskan kalian ada masalah apa?" Dinaya mengabaikan sapaan Dion. Semua orang memasang wajah penasaran kecuali Dani.

"Lo tanya aja sama dia, kayaknya kalian kenal" Dani masih berusaha meredam emosinya, dia tidak peduli kalau Dani jauh lebih muda darinya. Andai tidak dihentikan Dinaya, dia sudah berniat membuat wajah mahasiswa kurang ajar itu harus dioperasi plastik.

"Jelasin!" Dinaya menatap Dion tajam.

Awalnya Dion agak gentar menghadapi aura mengintimidasi dari Dinaya, tapi dia berusaha untuk tidak memperlihatkannya.

"Saya khilaf!"

"Jelasin yang bener!" Dani kembali ke mejanya menatap Zaya dengan wajah memohon maaf karena mengagetkan cewek itu.

"Saya dan teman2 ga sengaja ngomongin dokter" Dion masih berusaha tidak memperlihatkan kegentarannya tapi tubuhnya tidak bisa berbohong. Kali ini Bukan karena Dinaya lagi, tapi tatapan tajam menghunus di belakang Dinaya yang membuatnya berkeringat dingin dan tremor.

"Ngomongin apa?"

"Penampilan dokter"

"Memasng penampilan saya kenapa?"

"Sexy"

Bukannya marah, Dinaya malah tersenyum mendapat jawaban jujur dari Dion.

"Jadi masalahnya?"

Dani yang daritadi muak mendengarkan Dion bertele-tele akhirnya angkat bicara.
"Dia ngomongin tentang tubuh lo, sampai ke arah pelecehan secara tidak langsung"

"Benar?" Dinaya kembali menatap Dion yang makin keringat dingin karena aura di belakang Dinaya makin menghitam.

"Maaf dokter" hanya itu yang bisa Dion katakan karena dia tidak bisa mengelak lagi. Harapan Dion cuma satu, pergi dari kafe itu dan menjauh dari aula gelap dibelakang Dinaya.

"Ya sudah, jangan diulangi" Dinaya membalikkan badan dan dia kaget melihat Yudha yang hanya berjarak satu langkah darinya. Dinaya teringat momen di ruang pribadinya dan wajahnya jadi memerah karena salting.

"Ayo!" Yudha merangkul Dinaya keluar kafe dan dengan cepat menuntun Dinaya memasuki mobilnya.

"Lo ngapain nyulik gw?"
Yudha diam dan mulai menjalankan mobilnya.

"Yudhaaa!!! Gw ga mau ikut lo!" Dinaya menatap Yudha dengan kesal tapi malah diabaikan Yudha.

Yudha tetap mempertahankan aksi diamnya hingga mereka sampai disebuah pantai yang sangat bersih. Bahkan Dinaya tidak pernah tau ada pantai sebagus itu di Kotanya.

"Turun!" Suara datar dan dingin itu terdengar seperti perintah yang tak terbantahkan.

"Sumpah! Indah banget" Dinaya mengabaikan Yudha yang berwajah masam dari tadi. Dia menanggalkan sepatunya dan berlari menuju bibir pantai. Dinaya sangat suka pantai apalagi seindah yang dilihatnya sekarang. Senyum manis tak pudar dari wajah cantiknya.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang