53 (End)

5.1K 147 23
                                    

Gelengan Dinaya membuat semua orang menahan napas, beberapa orang penonton ada yang merasa kasihan kepada Dani yang tentu saja langsung murung dan wajah tegangnya berubah menjadi kecewa.

"Dani, seharusnya nggak perlu bikin skenario kayak gini" suara Dinaya terdengar datar disertai dengan ekspresi yang juga datar.

Dani mendongak menatap Dinaya tepat pada manik matanya. Dani mencoba membaca isi pikiran Dinaya dari matanya tapi dia tidak bisa menebak. Dinaya adalah cewek tersulit yang pernah ditemuinya seumur hidup.

"Maaf. Maaf kalau keputusanku membuat semua orang kecewa. Untuk saat ini aku belum bisa memutuskan karena Dani bukan orang lain yang dengan gampang aku tolak dan Dani juga bukan sembarangan cowok yang sekedar kukenal. Aku ingin minta waktu buat mikirin keputusan yang tepat, aku ingin memiliki waktu untuk membuka hati kembali" Dinaya diam sebentar, lalu menatap tepat ke mata Dani. "Aku ingin membiarkan Dani berusaha menyentuh hatiku dengan caranya sendiri dan usaha sendiri dan aku akan berusaha membantunya sampai aku yakin kalau dia memang untukku dan aku untuknya"

Ketika para keluarga masih mengerutkan dahi karena bingung apa maksud Dinaya. Apakah Dinaya menerima atau menolak Dani?

Lain lagi dengan Dani yang mulai tersenyum sumbringah, dia mengerti. Pola pikir Dinaya memang sulit, tapi tidak dengan keputusannya. Dia memberi pilihan dan kesempatan pada Dani untuk berusaha lebih dan kali ini Dinaya lah yang akan menuntunnya.

Jujur saja, Dani juga merasa tidak enak kalau harus memaksa dengan jalan perjodohan. Dia ingin semua terjadi natural dengan usahanya sendiri.

Meski Ide gila Rio ini tidak membuahkan hasil yang jelas, namun Dani tetap bersyukur, kejadian ini membuat Dinaya akhirnya mau membuka hati untuknya. Kini hasil akhir dari hubungan mereka tergantung dari semua usaha Dani yang sudah mulai direncanakan otaknya. Usaha merebut hati sang pujaan hati.

"Kamu keberatan?" Dinaya bertanya serius tanpa senyuman.

Lain lagi dengan Dani yang menjawab dengan senyum sumbringah "tentu saja tidak, thanks untuk kesempatannya, aku akan berusaha seperti yang kamu mau"

Dinaya menghembuskan napas lega, sekarang semuanya terasa ringan, hatinya yang tadi masih berkecamuk berada diantara dua pilihan, menolak atau menerima Dani dengan segala risiko yang bahkan sudah dipikirkan olehnya.

Akhirnya semua anggota keluarga mengerti tapi tetap saja Dinaya dan Dani tidak dilepas begitu saja. Mereka diberi waktu paling lama 6 bulan dan Dani pun menyanggupinya, sedangkan Dinaya, walau sedikit ragu, dia tetap menganggukkan kepala untuk menyetujui keputusan orang tua.

_________

"Hey!"

"Hm" Dinaya menoleh ke sumber suara yang sudah sangat dikenalinya.

"Cantik"

"Terima kasih"
Yang memujipun kecewa dengan jawaban singkat Dinaya.

"Aku ga ganteng ya?"

Dinaya mengerutkan dahinya dan menaikkan satu alisnya lalu tersenyum manis. "Kode minta dipuji juga?"

"Iyalah... aku seneng kalo kamu yang muji"

Mereka duduk berhadapan dengan tatapan yang tidak lepas satu sama lain. Dinaya menopang dagunya dan meneliti seluruh wajah Dani.

"Ganteng" refleks Dinaya sambil tersenyum.

"Makasih" Dani senang. Sangat senang.. bahkan dia ingin berteriak saat ini tapi takut Dinaya ilfeel.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang