"Udah.. nggak usah dipikirin lagi"
Dinaya menoleh kearah Dani yang sedang menatapnya. "Gw nggak mikirin apa-apa"
"Kosong dong! Awas kesambet" Dani mengalihkan pandangannya ke tv. Acara variety show di salah satu stasiun TV itu sangat menarik dan membuatnya sesekali tertawa karena MC yang sangat pandai melucu.
Dinaya tidak menanggapi ucapan Dani dan malah ikut memperhatikan Tv tapi sesekali juga memperhatikan Dani yang ekspresinya berubah-ubah. Ntah kenapa dia merasa terbawa suasana melihat perubahan-perubahan ekspresi itu.
"Nggak lucu" ucap Dani tiba-tiba membuat Dinaya sadar dari lamunannya.
"Btw.. bajunya tante Sisi lusa gw balikin ya" Dani menoleh sebentar lalu berbalik ke arah TV. Dinaya merasa terabaikan dari tadi.
"Kata mama nggak usah, buat lo"
"Eh jangaaann bajunya kan mahal banget, mana masih baru lagi"
Dani hanya mengangkat bahu. Dinaya masih nggak enak masalah baju itu ditambah sikap Dani yang tumbenan cuek sejak pulang pesta tadi.
"Tante Sisi mana? Gw mau ngomong langsung aja" ketika diam mendominasi mereka, Dinaya mencoba membuka suara lagi.
"Udah tidur. Udahlah pake aja. Lagian cocok sama lo kok. Malahan nggak cocok buat mama" tanpa menoleh pada Dinaya, Dani berkomentar dengan sekenanya.
"Hush kalo mama lo dengar kan nggak enak"
"Dibilang udah tidur" cuek Dani.
"Lo kenapa sih? Dari tadi cuek banget"
"Kenapa?" Dani menatap Dinaya sekilas lalu beralih lagi ke tv.
"Gw ngerasa kayak orang bego ngeliat lo asik nonton"
"Lo merhatiin gw? bukannya ikut nonton?" Dani sepenuhnya menghadap Dinaya membuat cewek itu jadi salah tingkah.
Dinaya bingung mau merespon bagaiman. "Hmm..hmm ngobrol apa kek, maen apa kek" Dinaya tidak berani menatap Dani yang jelas-jelas sedang menatapnya tanpa berkedip.
"Gimana perasaan lo?"
"Hah?" Itu pertanyaan buat Dinaya? Apa maksud Dani?
"Setelah dari party tadi?"
Ohhhhh... kirain apa? Loh kok?
Dinaya menggeleng pelan memfokuskan pikirannya. Sedekat ini dengan Dani membuatnya malah tidak nyaman.
"Biasa aja"
"Masih pengen pertahanin Yudha?"
Jujur saja, Dani ingin sekali menghajar Yudha sampai bonyok tak terbentuk, walau dia sahabat Dani, tetap saja kebahagiaan Dinaya adalah nomor 1. Kalau saja Dinaya bukan tipe cewek pemaaf, mungkin Dani sudah duel maut bareng Yudha."Nggak lah, ya kali ngemis cinta" bibir Dinaya monyong akibat cemberut kesal bikin Dani jadi gemas.
"Hahahaha... " Dani merasa lega dengan jawaban Dinaya.
"Seneng banget mas nya"
"Iyalah.. lo single lagi kayak gw"
"Nyari teman buat ngejones? Sorry gw nggak level"
"Sombongg... padahal nyatanya sekarang emang jones" Dani mencolek pipi Dinaya.
"Jomblo iya tapi nggak pake nes nya juga yaa" Dinaya menepis tangan Dani di pipinya, lalu cemberut.
"Hahahahaha ngegemesin banget lo" Dani nggak tahan untuk tidak mencubit pipi Dinaya.
Dinaya berang dan membalas cubitan Dani. Akhirnya mereka malah berperang cubit-cubitan sambil tertawa di atas sofa sedangkan Tv dibiarkan menyala sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Possesive Bro (End)
Ficción GeneralSiapa sangka seorang Dinaya Feriawan, dokter cantik, elegan dan sangat seksi itu masih menjomblo selama 25th hidupnya, alias jomblo seumur hidup. Bukannya dia punya kelainan soal percintaan, dia mau dan ingin. Hanya saja Perjuangannya selalu terhamb...