11

2.3K 115 0
                                        

Hari ini Dinaya mendapat tugas untuk mengisi acara seminar nasional yang diadakan oleh salah satu universitas di kota bandung. Seminar tersebut berlangsung selama 3 hari. Dan beruntungnya Dinaya bisa sekalian berlibur bersama Irfan yang juga menjadi salah satu pengisi materi di acara seminar tersebut.

Menurut penjelasan Irfan, temannya yang salah satu dosen di universitas itu memintanya untuk mengisi seminar, sedangkan Dinaya merupakan permintaan perwakilan dari RSUP tempatnya bekerja.

"Kak, kamu berangkat jam berapa?" Mama masih membantu bibi untuk menyiapkan sarapan begitupun Dinaya yang ikut membantu.

"Jam 8an mah, aku berangkat bareng Irfan"

"Irfan siapa?"

"Pacarnya kak Dinaya" tiba-tiba Ari menjawab pertanyaan mama ketika baru masuk ruang makan.

"Oh ya?" Mama refleks membalikkan badan dan mendekat pada Dinaya."Akhirnya anak gadis mama punya pacar!!!" Mama memeluk Dinaya dengan erat. Segitu senangnya kah mama?

"Mama sesak, tangan mama kotor ih" Dinaya akhirnya bisa bernapas lega karena mama sudah melepaskan pelukan mematikan itu.

"Nanti Irfan ikut sarapan disini ya ma" Dinaya yakin mamanya pasti setuju.

"Iya, harus itu" nah kan.
"Sejak kapan kamu pacaran?" Mama sudah mencuci tangannya dan menyiapkan sandwich untuk papa.

"Sejak kemaren ma, dan juga baru kenal kemaren" Ari menjawab sambil tersenyum sinis pada Dinaya. Dinaya melotot padanya tapi diabaikan Ari, cowok itu malah dengan cuek menyendok nasi goreng dan langsung melahapnya.

"Apa? Kok bisa? Kamu ga PDKT dulu kak? Emang udah tau asal usulnya? Keluarganya? Kepribadiannya? Gimana kalau dia orang jahat?"

Dinaya memutar bola matanya. Inilah alasan Dinaya malas membahas masalah cowok dengan mamanya. Merepotkan jika harus terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan mama yang menurutnya sangat lebay.

"Aku jatuh cinta pada pandangan pertama mah, dia juga. Ya udah kenalan dan langsung jadian" Dinaya menjawab dengan cuek sambil memakan sandwichnya.

"Bohong banget!" Ari menyindir kakaknya.

"Kenapa lo yang sewot" Dinaya melemparkan tatapan kesal pada Ari yang sejak semalam sudah mulai bertingkah lagi.

"Gw tau gimana lo, ga segampang itu lo jatuh cinta dan percaya sama orang. Ngaku aja kalau lo terpaksa nerima dia karena ingin ngehindar dari bang Dani sekaligus ngehindari perjodohan selanjutnya dari mama"

Jleb! 'Dasar adek terlalu peka!' Batin Dinaya. Semua yang dikatakan Ari memang benar. Tapi alasan lain dia menerima Irfan juga karena dia menyukai cara cowok itu yang berbeda dari cowok-cowok lain saat mendekatinya. Jadi tebakan Ari tidaklah 100% benar. Intinya Dinaya tidak sepenuhnya berbuat agak jahat disini.

"Benar kak?" Mama menatapku penuh tanya.

"Makanya mama jangan paksa Dinaya terus. Dia udah dewasa dan bisa nentuin pilihan sendiri. Dan kakak jangan sampai salah pilih. Kamu ngerti mana yang terbaik buatmu dan papa ga ingin ada tujuan buruk saat kamu memulai hubungan dengan orang lain. Mempermainkan perasaan dan menjadikan orang lain pelarian itu tidak benar kak" papa ikut menceramahi Dinaya panjang lebar. Dinaya hanya mangangguk kecil.

Dinaya melirik Iki seakan ingin berbicara. Dinaya melotot padanya. Jangan sampai dia ikut-ikutan menceramahi Dinaya.

"Bener kata papa kak" Iki akhirnya tetap ikut memojokkan Dinaya. Sedangkan Ari terkekeh melihat ekspresi Dinaya yang kesal.

"Awas lo ya" Dinaya berbisik pada Ari yang cuek makan disebelahnya.

Ting nong ting nong....

"Selamat siang Om, tante dan adek-adek. Kenalin saya Irfan, teman sekaligus pacar Dinaya" Irfan menjabat tangan papa dan mama Dinaya. Begitu juga adek-adek Dinaya.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang