48

1.5K 77 0
                                        

Ceklek!
Dinaya memasuki mobil Ari yang memang sudah menunggunya sejak 10 menit yang lalu. Dinaya masih diam dan Ari meladeninya dengan ikut diam.

Ari menjalankan mobil dan menyalakan radio remaja yang ternyata sedang memutar lagu kpop terbaru yang sangat hits bahkan memuncaki tangga billboard amerika.

Ari melirik Dinaya sebentar. Cewek itu diam.
30 detik berlalu... Dinaya mulai gelisah. 1 menit berlalu... Dinaya memalingkan wajahnya. 90 detik berlalu... mulut Dinaya mulai bergerak tanpa suara, Ari melihat pantulan bayangan Dinaya di kaca jendela. Setelahnya kepala Dinaya mulai bergerak mengikuti irama musik.

Ari tersenyum tipis melihat tingkah Dinaya. Dia hanya diam. Dinaya paling nggak tahan dengan yang namanya berbau korea. Dia demam korea.

Tiba-tiba Ari menaikkan volume lagu dan Dinaya menoleh padanya dengan tatapan aneh.

"Udah.. nggak udah gengsi. Nyanyi aja kalau nggak tahan"

"Sengaja kan lo?"

"Nggak. Mbak radionya yang sengaja" cibir Ari.

"Tapi sengaja dinaikin volumenya"

"Iya, biar lo seneng"

"Nggak mempan!" Kesal Dinaya sambil memalingkan wajahnya.

"Ok! Kita liat sampai dimana lo tahan" Lalu Ari membelokkan mobil memasuki salah satu mall besar di Jakarta.

"Ngapain? Gw nggak tertarik diajak belanja"

"Jangan Ge-Er, gw cuma mau makan. Laper" Ari keluar mobil duluan. Dilihatnya Dinaya masih mejeng di posisi awalnya.

Ari mengisyaratkan Dinaya untuk keluar. Dinaya menggeleng. Gengsi... dia masih marah loh. Walau sebenarnya dia udah ngebayangin menu di Master Noodle dan Patbingsoo, resto favoritnya kalau ke Mall.

Ari membuka pintu Dinaya dan menarik kakaknya itu. "Gw tau lo laper. Kasian tuh perut udah bunyi dari tadi" Ari menunjuk perut Dinaya. Wajah Dinaya memerah karena malu.

"Marahnya udahan dulu, abis makan sambung lagi kalo mau. Sekarang damai dulu ya" Ari berbicara lembut pada Dinaya yang kelihatan masih ragu untuk melangkah mengikutinya.

Dinaya sebenarnya nggak bisa marah lama-lama tapi dia ingin memperlihatkan kalau kali ini untuk urusan pribadinya, dia serius. Tapi...  susahhhh!

"Iya" lirih Dinaya. Ari tersenyum dan dibalas oleh Dinaya.

Udah? Gitu doang? Apa kabar yang katanya mau marah sampai ketemu bonyok? Dinayaaaa lo bego!
Dalam perjalanan menuju tempat makan, Dinaya terus berbicara dalam hati tentu saja kepada dirinya sendiri.

"Mau apa?"

Ari bertanya pada Dinaya yang sepertinya sudah selesai memilih menu untuk mereka berdua.

"Jjampong ramen jumbo dan jjangmyun jumbo, ice tea, kimchinya double sama tambah cabe potong kayak biasa ya mbak?" Dinaya menjawab pertanyaan Ari sekaligus dengan pertanyaan pramusaji sebelumnya.

"Baik mbak, mas,, mohon tunggu makanannya" Pramusaji itu tersenyum lalu pergi.

"Put your hands in the air, let me see you bounce... to the left to the right..."

"Lagu ini mulu, emang lagi hits banget ya?"
Ari membuka percakapan lebih dulu setelah music dinyalakan dan lagu radio tadi di putar lagi disini.

"Iya, mereka lagi hits" ucap Dinaya masih canggung akibat aksi diem-dieman.

"Tumben lo nggak nyanyi? Nggak hapal?" Pancing Ari lagi.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang