35

1.4K 75 0
                                    


"Maaf, saya tidak ingin menuduh tapi saya menunggu penjelasan jujur dari anda" akhirnya Ari yang merasa cukup untuk memberi waktu diam pada situasi mereka saat ini.

Ari, Dani dan Irfan tengah duduk di sebuah meja bundar kayu yang berjarak sekitar 20 meter dari meja Dinaya dan teman-temannya. Rio sudah menghilang entah kemana semenjak dirinya diusir secara tidak manusiawi oleh Dani. Awalnya dia kesal tapi setelah mendapatkan kenalan cewek di sana, akhirnya dia melupakan perlakuan Dani.

"Saya berniat balikan sama Dinaya" singkat dan tanpa ragu, jawaban Irfan ini membuat Dani geram, sedangkan Ari hanya menajamkan tatapannya.

"Lo ga sadar diri atau emang ga punya malu?" Dani dengan sinis menyindir Irfan.

Yang disindir hanya menatap datar kepada Dani kemudian kembali menatap Ari yang masih diam.

"Saya sudah minta maaf pada Dinaya, dan Dinaya berbaik hati menerima serta mau mendengar alasan saya memutuskan hubungan dulu" Irfan berbicara hanya kepada Ari tapi sebaliknya Ari masih belum merespon walau tatapannya menajam kepada Irfan.

Irfan melanjutkan "dan kali ini masalahnya sudah selesai, saya ingin serius dengan Dinaya karena dari dulu hingga sekarang dia selalu menjadi pilihan saya"

Irfan menunggu tanggapan Ari, dan tetap saja tidak ada respon dari cowok itu. Sedangkan Dani selalu berdecih dan tertawa sinis di setiap kalimat yang dilontarkan Irfan. Dia sangat membenci cowok itu dari awal. Apalagi setelah semua hal yang dia lakukan yang membuat Dinaya kehilangan jati dirinya beberapa minggu.

"Saat nanti kembali ke jakarta, saya akan langsung menemui orang tua kalian untuk meminta maaf dan menyampaikan maksud saya ingin serius dengan Dinaya"

Mendengar kata orang tua, barulah Ari merespon.

"Saya harap tidak ada orang tua kali ini. Tidak sampai kak Dinaya sendiri yang memutuskan untuk bicara sama pada orangtua" Ari mempunyai maksud dalam ucapannya. Bukan berarti dia merendahkan Dinaya, karena normalnya, sang cowok lah yang meminta restu terlebih dahulu pada orangtua cewek. Ari hanya ingin memastikan, saat kakaknya sendiri yang sudah berbicara setelah apa yang dia lalui, berarti saat itu juga Dinaya sudah sangat yakin dengan keputusannya. Ari percaya kakaknya tidak akan gegabah memutuskan sesuatu tanpa memikirkan resikonya.

"Baik, saya akan menerima dan menunggu keputusan Dinaya dan kamu" Irfan sedikit merasa lega karena dia berpendapat bahwa Ari tidak akan menghalanginya lagi. Lagi? Ya memang benar, selama ini Irfan bukannya menghilang, bahkan dia selalu mencari cara dengan diam-diam mencoba mendekati Dinaya untuk menjelaskan kondisinya, tapi semua usahanya sia-sia karena Ari selalu bisa menghalanginya begitupun Yudha yang dulu menjadi kekasih Dinaya setelahnya. Dua cowok itu selalu tau niat Irfan dibelakang publik.

"Ri? Lo serius biarin dia deketin Dinaya lagi? Lo ga sayang kakak lo?" Dani menarik bahu Ari yang berjalan mendahuluinnya. Dia sangat kesal dengab keputusan Ari.

"Gw ga bisa menahan kemauan Dinaya apalagi kondisinya udah berubah menjadi labil" Ari mengerti kekesalan Dani, jadi dia tidak marah ketika tarikan Dani barusan sedikit membuat bahunya perih.

"Gw ga ngerti. Seharusnya saat Dinaya labil, lo yang jadi penegas akan semua keputusannya dengan memberikan penjelasan yang logis. Bukannya mengikuti kemauannya" begitulah kata hati Dani yang terpendam sejak tadi.

"Dia bukan tipe yang suka dipaksa. Terakhir waktu Yudha menghianatinya, dia bersikeras tetap ingin mempertahankan hubungannya. Tapi sekarang setelah bertemu dengan Irfan, dia malah kembali luluh. Kelabilannya diluar batas wajar tapi keras kepalanya lebih parah lagi. Semakin dilarang, dia bakal makin tidak nurut dan itu sama aja bikin dia makin terbebani. Gw cuma bisa berdoa supaya kak Dinaya yang sekarang, masih bisa berfikir jauh kedepan dan mampu kembali pada jati dirinya dulu"

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang