27

1.6K 94 3
                                        

"Boleh nanya?"

Yudha yang sedang menyetir menoleh dan menganggukkan kepalanya kepada Dinaya yang menatapnya.

"menurutmu , apa yang bisa menjadi daya tolakku?"

"Maksudnya?" Yudha tidak mengerti apa yang baru saja ditanyakan Dinaya kepadanya. Jujur fokusnya jadi terganggu ntah akibat pertanyaan itu atau karena ekspresi wajah Dinaya yang sangat menggemaskan.

"Ihh tumben lemot. Biasanya langsung ngerti" Dinaya menyindir. "Maksudnya, dari diriku ini, apa hal yang bisa membuat orang lain menjauh atau ilfeel. Tapi jangan sampai memalukan diri sendiri"

Awalnya Yudha mengerutkan dahi pertanda berpikir keras. Tapi beberapa detik kemudian dia tersenyum.

"Kamu mau ngelakuin itu sama siapa? Aku? Udah bosan sehari jadi pacarku?" Yudha tersenyum menggoda Dinaya yang wajahnya merah padam. Dia belum kebal dengan gombalan Yudha sejak kemaren ketika mereka resmi pacaran. Tidak tanggung-tanggung Yudha menembak cewek cantik itu di depan keluarganya sebelum mereka pulang ke rumah. Dan syukurnya semua anggota keluarga mendukung niat Yudha.

"Ga usah nyebelin! Ya kali aku kayak gitu sama kamu" satu hal lagi, Yudha dan Dinaya sepakat menggunakan '-aku-kamu' sejak mereka berpacaran.

"Kok aku makin cinta ya" senyum Yudha makin lebar.

"Dasar lebay"

"Durhaka bilang calon suami lebay. Jadi maksud pertanyaan kamu buat siapa? Irfan? Atau Samuel?" Yudha membelokkan mobilnya masuk ke pekarangan rumah Dinaya yang gerbangnya sudah dibukakan ART.

"Irfan udah hilang sejak ada kamu. Tapi Samuel kayaknya ga bakal mundur walau kamu udah jadi pacar aku" Dinaya membuka seatbelt dan langsung keluar mobil diikuti  oleh Yudha yang melakukan hal sama.

"Sini pegangan. Kepala kamu masih nyeri kan?" Yudha merangkul Dinaya.

"Nggak kok, udah ga nyeri"

"Udah.. diem" Yudha membawa Dinaya ke kamarnya. Siang ini semua anggota keluarga Dinaya tidak ada yang berada di rumah. Terpaksa dengan berat hati Dinaya harus menerima usulan Yudha yang akan menjemputnya saat kelaur rumah sakit. Usulan itupun langsung disetujui orang tua Dinaya dan akhirnya Dinaya tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal semua orang tau, Dinaya tipe cewek anti merepotkan orang lain.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku loh" Dinaya mengingatkan. Yudha balas menatap pacarnya intens.

"Kamu ngapain pikirin orang lain saat kita lagi berdua?" Yudha berbicara dengan nada dingin.

"Lah, marah. Aku kan nanya Yud" Dinaya merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaannya. Toh tujuannya untuk mencegah perusak hubungan masuk dalam hubungan mereka.

"Kamu mau minum apa?" Yudha mengalihkan pembicaraan. Dinaya mendengus kesal. Namun sedetik kemudian dia menghela napas dalam. Mencoba bersabar dengan tingkah Yudha.

"Kok jadi kamu yang kayak tuan rumah?"

"Calon beb" goda Yudha sambil mencolek dagu Dinaya.

'Dasar cowok aneh' batin Dinaya. Tadi ngambek, sekarang sok gombal-gombalan.

Dinaya bergidik ngeri "geli liat kamu kek gini"

"Sekali-sekali sayang!!!"

Lagi, Dinaya menatap horor cowok tampan didepannya.

"Sana pergi! Kamu kerasukan apa?" Dinaya dengan bodohnya malah menarik selimutnya yang di duduki Yudha. Dan hal itu malah membuat Yudha tertarik ke arahnya. Jarak mereka menipis dan hanya tersisa sekitar 10 cm.
Mata Dinaya spontan melotot. Sedangkan Yudha menatap mata Dinaya dengan tenang.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang