46

1.5K 79 0
                                    

"It's not Fine"
"I dont think it'll be easy for me"
"It's not fine"
_________________

"Loh, kalian disini? Tumben nggak sama Dinaya?"

"Oh dia udah pulang, kalian mau gabung disini?" Rio menunjuk kursi bekas Dinaya dan Dani.

Irfan mengangguk tapi Gitta menggeleng. Zaya dan Pipit mendengus.

"Kita langsung pulang aja mas"

Pipit menyerngit dan memutar bola matanya bahkan sengaja dia perlihatkan kepada Gitta. Membuat Gitta menatapnya dengan sinis.

"Ya udah sih pulang aja Fan, calon bini lo mana mau gabung sama kita-kita yang hanya ampas kuaci" Zaya mulai lebay guna menyindir Gitta yang sedang menarik-narik lengan Irfan,

Irfan mengerti situasi, dia sangat tau dua sahabat Dinaya ini masih marah padanya apalagi disituasi sekarang,

"Bentar aja, ada yang perlu aku omongin sama mereka"

Akhirnya Gitta terpaksa ikut duduk karena Irfan memilih duduk dikursi bekas Dani.

"Saya minta maaf sama kalian atas kesalahan saya dulu" Irfan bersungguh-sungguh.

Gitta bukannya tidak tau masalah Irfan dan Dinaya, tapi yang Gitta herankan, kenapa harus minta maaf pada orang sekitarnya juga. Dalam pikiran Gitta, Irfan terlalu lebay.

"Udah kita maafin kok. Lagian Dinaya udah move on sepenuhnya dari lo"

Irfan sedikit tersentak menatap Zaya. Ucapan cewek itu entah kenapa menyakitinya.

Gitta makin kesal ketika melihat ekspresi Irfan yang mengecewakannya. Diamnya Irfan mengartikan apa yang cowok itu rasakan.

"Udah basa basinya? Kita pergi" Gitta berdiri dan menatap tajam kepada Irfan yang masih diam.

"Irfan!" Sedikit membentak, Gitta menarik lengan Irfan untuk berdiri.

"Kita pergi" tanpa pamit ataupun menyampaikan sepatah kata, Gitta berlalu meninggalkan Zaya dan Pipit yang mendengus sebal.

"Cowok bodoh emang seharusnya bersatu ama cewek kayak gitu"

"Setuju"

__________

"Love you" bisik Dani sebelum melepas seatbelt Dinaya. Cewek itu menggeliat tidak nyaman,

"Udah nyampe?" Wajah bantal Dinaya sangat menggemaskan.

"Capek banget ya? Lo tidur 2 jam kalau mau tau" Dani mengambilkan tas dan jas Dinaya yang ada di jok belakang mobil,

"Serius? Kita kejebak macet? Lo nyetir sendiri tanpa teman?"

Dani hanya tersenyum.

"Sorry, gw nyusahin elo. Ini udah malam, Tidur sini aja"

Dani melotot, dalam pikirannya, apakah Dinaya masih ngantuk atau malah masih tidur terus ngigau. Untuk pertama kalinya Dinaya menawarkan hal itu padanya.

"Emang boleh?" Dani bertanya untuk mencoba peruntungannya.

"Bolehlah"

Wahh! Dinaya beneran ngigau kayaknya,

"Bukannya Bonyok lo lagi keluar kota?"

"Yap"

"Rumah sepi"

"Nggak juga. Ada adek-adek gw, pak satpam dan mbak"

'Iya juga! Astagaa!! Gw mikir apa?' Dani menepuk jidatnya tanpa sadar.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang