44

1.4K 70 1
                                    


"Samuel.." Dinaya kaget dan sialnya dia tidak bisa menutupi kekagetannya yang membuat si cowok bernama Samuel itu kesenangan melihat betapa imutnya ekspresi kaget Dinaya.

"Maaf ngagetin, kamu lucu kalo kaget gitu. Jadi gemes" dan hal selanjutnya dilakukan Samuel membuat dua temen Dinaya melotot pada cowok itu.

"Tolong jaga sikap lo!" Bentak Dinaya kesal. Dia selalu kesal mendengar nama Samuel, mendengar suaranya apalagi melihat wajah dan tingkahnya. Dinaya sangat muak.

"Masa cubit pipi doang kamu langsung marah-marah beb, Gimana kalau aku cium?" Si Samuel malah terkekeh. Dinaya mendengus kasar. Hilanglah rasa segannya pada cowok ini. Bodoh amat dengan posisi Samuel yang merupakan rekan bisnis papanya, rasa muak Dinaya sudah mengalahkan nuraninya menghadapi Samuel.

"Samuel, lo ganteng" ucap Zaya tiba-tiba.

Pipit dan Dinaya langsung melotot pada Zaya.

"Makasih Zaya" Samuel cengengesan dan duduk di sebelah Dinaya dengan menarik kursi dari meja sebelah.

"Tapi SeGe" ucap Zaya melanjutkan. Samuel mengerutkan dahinya sedangkan Pipit sudah tertawa lepas. Dinaya hanya menahan senyumnya.

"SeGe apaan?"

"Sedikit Gelo! Bikin orang lain muak sama sikap lo. Sadar nggak sih lo itu bukannya narik perhatian Dinaya, tapi malah bikin dia ilfeel? Sadar nggak sih lo itu sikapnya jelek? Kalau nggak sadar mending lo ke psikiater dulu deh, gw punya kenalan yang jago ngurusin orang SeGe!" Zaya menyemprot Samuel tanpa henti membuat cowok itu berubah muram. Pipit makin tertawa terpingkal-pingkal. Sedangkan Dinaya memperhatikan ekspresi Samuel. Cowok itu diam dan raut wajahnya berubah tapi masih tidak bisa di tebak, seenggaknya cowok itu memikirkan apa yang diucapkan Zaya.

"Benarkah?" Samuel bertanya pada Dinaya.

"Hm?" Dinaya mengangkat alisnya.

"Kamu terganggu karena aku?" Sekarang raut wajah Samuel berubah serius. Dinaya mengangguk. Dia harus jujur.

"Padahal semua itu aku lakukan karena perhatian sama kamu. Aku juga ingin ngerebut perhatian kamu setelah kamu dicampakkan oleh dua cowok itu" Samuel menatap Dinaya.

Dinaya merasa sedikit sakit ketika Samuel mengungkit masa lalunya. Tapi Dinaya tetap diam mendengarkan.

"Apa kamu nggak tersentuh sama perjuanganku selama ini? Merebut hatimu susah, aku selalu berjuang. Aku yakin suatu saat bisa merebut hatimu dan janji nggak akan seperti dua cowok brengsek itu yang dengan teganya ninggalin kamu demi cewek lain. Memang cewek mereka terlihat lebih baik dibeberapa aspek" Dinaya mulai kesal dengan pernyataan Samuel. Haruskah masalahnya diikutsertakan?

"tapi kamu punya kelebihan sendiri... seenggaknya kamu lebih seksi dari mereka. Tubuh kamu lebih bagus dari mereka. Kalau mereka sih kelebihan di cantik, kamu juga cantik dan plus seksi. Aku yakin kalau kamu dan dua cewek itu bersanding, pasti banyak pria yang menyukai kamu. Aku salah satunya. Aku pria yang bisa nerima kamu apa adanya, aku beda dengan dua pria itu. Aku milih kamu"
Samuel mengatakan semua isi otaknya, tujuannya merebut hati Dinaya dengan cara memuji cewek itu dengan sedikit ekstrem tapi dia yakin Dinaya akan tersentuh.

Sejak tadi Pipit dan Zaya menahan umpatan yang sudah disusun di kepala cantik mereka.

Dinaya menghembuskan napasnya. Semua ucapan Samuel membuatnya kesal. Sudah pasti! Siapa sih cewek yang mau dibanding-bandingin dengan pilihan sang mantan.

"Udah selesai?"

Samuel hanya menatap Dinaya penuh harap.

"Makasih atas semua perhatian lo selama ini. Dan mulai sekarang, lo nggak usah menghubungi bahkan nggak usah muncul lagi di depan gw karena gw sudah sangat muak dan ngerasa terganggu. Kalau lo merasa punya etika, tolong hargai permintaan gw dan nggak usah ungkit masalah gw sama Irfan dan Yudha, lo nggak tau apapun tentang masalah kami" selesai berkata, Dinaya bangkit dan meninggalkan kafe itu.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang