6

3.1K 142 0
                                        

Suka syukur, ga suka ya sudahlah... masalah perasaan ga usah dibikin ribet

D.

-------------------------------------------------------

Huft...!!

Terhitung sudah 4 kali Dinaya menghembuskan napas seperti itu. Ari selalu bertanya kenapa? Tapi Dinaya hanya menggeleng. Wajahnya kelihatan capek dan pasrah.

"Ternyata mereka semua tetap sama. Punya pikiran sempit, cemburu buta dan ujung-ujungnya nyesel setelah tau kebenarannya. Muak gw ama manusia-manusia kek gitu" Dinaya memulai percakapan dengan keluh kesah dan kekesalan yang sepertinya sejak tadi menumpuk. Rentetan mobil dan motor di hadapannya juga membantu memperburuk moodnya. Macet everywhere!!

"Udah lah.. itu gunanya kita usaha. Sampai sekarang emang belum ketemu yang tepat aja" Ari berbicara dengan mata masih fokus pada jalanan yang sedikit macet karena CFD sudah berakhir.

"Ck ck, adek gw bisa bijak juga ternyata" Dinaya menepuk-nepuk pundak Ari sambil tersenyum. Dia memang ga akan pernah belarut-larut pada masalah perasaan atau gagalnya hubungan. Dia selalu berpikir, suka syukur, ga suka ya sudahlah.

"Tujuan kita kan sama, cuma beda caranya. Tapi menurut gw, cara lo terkesan membiarkan orang lain mempermainkan dan merendahkan lo" Ari sesekali melirik kakaknya yang sibuk dengan hp. Sekilas terlihat Dinaya tersenyum manis dan sesekali bergumam dalam bahasa korea. 'Pasti sibuk fangirling' batin Ari.

"Mereka yang selalu mainin dan ngerendahin gw tanpa bener-bener mengerti gw, hanyalah orang-orang bodoh dengan pikiran sempit. Mereka ga sadar, saat ngerendahin gw, secara ga langsung mereka liatin kebodohannya sendiri. Gw selalu suka dengan moment itu, apalagi abis gw disakiti atau dibohongi. Saat mereka marah-marah ga jelas hanya karena cemburu buta dan berpikir pendek tentang gw" Dinaya tersenyum simpul. Lalu kembali dengan sosmednya.

Ari selalu bangga dengan pola pikir kakaknya yang dewasa dan luwes. Sangat jarang orang yang mau bersabar dilempari hinaan atau cacian tanpa sebab kayak gitu. Dia tidak pernah bertindak gegabah, pembawaannya yang tenang adalah kelebihannya yang membuat banyak pria tertarik dan penasaran padanya.

Andaikan ada Dinaya lain yang tidak terikat darah dengannya, pasti ga bakal dia sia-siakan sepanjang hidupnya. Tapi, sampai sekarang usahanya mencari tidak pernah membuahkan hasil.

"Andai gw bisa nemu cewek dengan pikiran yang sama ama lo" Ari tersenyum pada kakaknya yang dibalas senyuman manis oleh Dinaya.

"Susah. Duplikat gw ga ada. Saran gw, cari cewek pintar tapi polos, lalu suruh training ama gw. Dalam waktu 3 bulan gw jamin dia bisa bersikap dan berpikiran sama ama gw" Dinaya memasang wajah serius.

"Lo minta bayaran berapa?" Ari sudah tau arah bicara kakaknya.

"Ga banyak, harian 1,5 juta, bulanan 40 juta, paket hemat 100juta. Sanggup ga?" Dinaya tersenyum meremehkan.

"Matre lo!" Ari meringgis nyeri karena di dorong kuat oleh Dinaya ke pintu di kanannya. Untung mobil sudah terparkir manis di garasi rumah.

"Bisnis woii, mana ada yang gratis di dunia ini" kentut iya!" Dinaya langsung keluar mobil dan berlari memasuki rumah. Nah kan, baru aja nginjakin kaki di rumah, sifat kekanakan Dinaya muncul secara otomatis. Ari tersenyum sambil geleng kepala melihat pemandangan itu.

"Kak jangan lari-lari, dari mana sih kalian?" Mama sedang bersantai di depan TV bersama papa dan Iki. Layar TV yang menunjukkan film kartun duo cilik nakal yang dikenal dengan Upin Ipin membuat Dinaya menyerngit. Selera Mama dan Iki memang aduhai.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang