32

1.4K 78 0
                                        

"Still loving you..."

________________________________
"Sumpah gw kesel sama tuh cewek!" Zaya mencak-mencak setelah keluar dari gedung pesta. Dinaya berjalan cepat mengabaikan kedua temannya karena Pipit sudah mulai ikut-ikutan tertular Zaya yang dengan semangat ngebahas masalah di dalam tadi.

Dinaya pusing dan memilih untuk masuk ke dalam mobil lebih dulu.

Flashback on

Dinaya dan kedua temannya memasuki ruang pesta yang sangat ramai. Pesta pernikahan ini terlihat seperti pasar karena penuh sesak. Tau kenapa? Sepertinya semua undangan datang secara bersamaan. Alasannya? Di undangan disebutkan bahwa jadwal bertamu dibatasi dari pukul 10 pagi sampai jam 2 siang. Aneh kan?

Dinaya dan kedua temannya berusaha mencari meja kosong tapi nihil, yang ada hanya kursi kosong diantara meja-meja yang sudah ditempati oleh orang-orang.

"Dinaya?"

Dinaya menoleh dan mendapati tatapan berbinar 3 cowok yang sedang duduk di satu meja. Salah satunya Dinaya ingat kalau cowok itu adalah teman satu SMP nya dulu. Dan sepertinya dialah yang memanggil Dinaya.

"Rian kan?" Dinaya sedikit ragu menebak nama cowok itu. Maklum lah, dia paling susah ingat nama orang.

"Masih ingat ternyata" Rian tersenyum senang.  Dinaya bersyukur ternyata dia tidak salah sebut nama.
"Gabung sini aja?" Tawar Rian bersemangat.

Dinaya menoleh pada Zaya dan Pipit yang mengangguk cepat. Maklum, mareka sudah lelah jalan kesana kemari sejak tadi hanya untuk nyari meja kosong.

"Makasih" Dinaya menduduki kursi di sebelah Rian. Zaya dan Pipit mengikuti di sebelahnya.

"Kok lo bisa di sini? Gw dengar lo dokter yang sibuk" Rian masih diposisi yang sama. Badannya sepenuhnya menghadap Dinaya. Entah maksudnya menyindir entah bagaimana, Dinaya tidak terlalu paham maksud Rian.

"Ekhem" serentak dua cowok teman Rian bedehem.

"Kenapa lo bedua?"

"Kenalin kita-kita dulu sat..!" cowok putih disebelah Rian mencoba berbisik, Tapi bisa di dengar semua yang duduk di meja.

"Dinaya, kenalin ini temen-temen kerja gw. Ridho dan Rendy" mereka berdua tersenyum ramah dan menjabat tangan Dinaya yang terulur duluan.

"Dinaya" senyum manis Dinaya membuat dua cowok itu diam. Sedangkan tangan Ridho si cowok putih masih menahan tangan Dinaya.

"Woi! Jangan lama-lama" Rian memukul lengan Ridho. Kemudian Dinaya beralih pada Rendy yang untung saja masih lebih waras dari Ridho yang suka lupa diri kalau liat cewek cantik, apalagi secantik Dinaya.

"Kenalin juga teman-teman gw, Zaya dan Pipit"

Dua sahabat Dinaya dan Teman Rian saling berjabat tangan kikuk karena canggung. Dinaya cukup heran pada dua temannya yang biasanya berisik tapi sekarang sok jaim.

"Din.." Rian tidak jadi menyambung kalimatnya gara-gara ada yang menyela.

"Oh.. ternyata benar, Dinaya yang sombong dan sok waktu SMP dulu" suara cempreng menghina dari arah belakang Dinaya membuat semua mata mengarah pada pemilik suara.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang