"Sebentar... aku mohon" Irfan mengeratkan pelukannya ketika Dinaya berusaha melepaskan diri dari Irfan.
"Irfan!! Kamu tega! Kamu ingkar janji. Kamu khianati aku! Dan sekarang kamu pelukan sama cewek itu di depan aku! Aku kurang apa?!" Salsa berteriak tepat di belakang Dinaya dengan berurai air mata. Hatinya hancur, Irfan sudah berpaling darinya. Irfan benar-benar sudah tidak mencintainya.
Salsa sudah tidak tahan dengan cueknya Irfan. Kembalinya hubungan mereka tidak berarti apa-apa bagi Irfan. Hanya dirinya yang berjuang untuk mempertahankan hubungan itu. Demi cincin yang masih disimpannya, Salsa terus bertekad untuk membuat Irfan kembali mencintainya seperti dulu. Tapi hari ini batas kesabaran Salsa habis, dia tidak tahan untuk tidak bertanya dan memaksa Irfan mengerti dirinya.
Salsa sadar dulu dia pernah menghianati Irfan, tapi dia sudah minta maaf dan berjanji akan memperbaiki kesalahannya. Irfan menerima, tapi sikapnya tidak seperti dulu lagi, Irfan berubah semenjak kehadiran Dinaya.
Salsa selalu menahan emosinya melihat Irfan yang masih sering menatap foto Dinaya dalam diam. Tidak hanya sekali, berkali-kali Salsa memergoki Irfan melakukan hal itu, tapi Irfan cuek dan tidak merasa bersalah sama sekali.
Kenapa Irfan menerimanya kembali? Kenapa Irfan melepas Dinaya saat dia kembali datang? Untuk balas dendam kepadanya yang pernah menghianati cowok itu? Siapa yang memperngaruhinya? Dinaya? Cewek sok baik yang sangat angkuh. Begitulah pemikiran Salsa tentang Dinaya.
Salsa masih berdiri menatap Irfan dan Dinaya dengan geram. Dia mencari cara untuk menarik perhatian Irfan. Salsa memegang kepalanya seakan terlihat sedang pusing.
"Fan.." lirih Dinaya merasa tidak enak dengan posisinya. Dan lagi Salsa memperhatikan mereka.
"Sssttt.." Irfan semakin membenamkan kepala Dinaya di dadanya.
"Hiks.. hiks.. Dinaya... kamu jahat! Cewek macam apa yang bahagia diatas penderitaan orang lain, hah?!" Salsa menarik tubuh Dinaya yang masih dipelukan Irfan. Tapi sia-sia, pelukan Irfan tidak renggang sedikit pun.
Salsa berteriak histeris karena diabaikan oleh Irfan.
Dinaya mendengar teriakan itu tapi tidak mempengaruhinya karena posisinya saat ini mampu membuat Dinaya mengabaikan segalanya.
Deg..degdegdeg.. Dinaya merasakannya.. hembusan napas Irfan yang berat, aroma maskulin khas cowok, detak jantungnya yang sangat cepat dan tubuh Irfan yang sedikit gemetar sama seperti yang dialaminya sekarang.
Dinaya memejamkan matanya menikmati ekspresi tubuh Irfan yang memeluknya begitupun Irfan yang menikmati sensasi tubuh Dinaya yang ada di pelukannya.
"Irfan! Dinaya!..." bukan Salsa.. itu suara Zaya.
Dinaya tersadar mengingat seharusnya Salsa masih ada di belakangnya. Tapi ketika dia menoleh, ternyata Salsa jatuh pingsan.
Irfan bergeming, sedangkan Dinaya dan dua sahabatnya langsung membantu Salsa.
Dinaya mengerutkan dahinya ketika merasakan denyut nadi Salsa yang terasa normal begitupun dengan pernafasannya.
'Nih anak pura-pura?' Batin Dinaya.
"Din.. ini mau diapain? Si Irfan malah diam aja disana" Pipit menatap Irfan dengan sinis.
"Gimana?" Dinaya menatap Irfan yang juga menatapnya. Dinaya yakin, Irfan tau apa yang dilakukan Dinaya tadi dan tau bagaimana hasilnya.
"Biarin aja. Ntar aku telpon ambulance" Setelah berbicara dengan nada datar, Irfan menelpon ambulance.
"Ih lo kok tega banget jadi cowok. Dia masih tunangan lo kalo lo lupa!" Bentak Zaya. Dinaya menepuk pundak Zaya untuk memberi isyarat. Tapi Zaya berfikir Dinaya bermaksud lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Possesive Bro (End)
Ficção GeralSiapa sangka seorang Dinaya Feriawan, dokter cantik, elegan dan sangat seksi itu masih menjomblo selama 25th hidupnya, alias jomblo seumur hidup. Bukannya dia punya kelainan soal percintaan, dia mau dan ingin. Hanya saja Perjuangannya selalu terhamb...