22

1.8K 99 4
                                        

Salsa semakin tidak suka, oh ralat.. Salsa mulai benci pada drama Irfan-Dinaya dan keikutsertaan cowok lain. Dia benci Dinaya yang masih dilirik Irfan padahal dirinyalah yang disebelah Irfan. Dia benci Dinaya yang masih dihubungi orang tua Irfan padahal dirinya lah calon menantu mereka. Dia benci Dinaya yang tanpak menawan malam ini sehingga kecantikannya tidak terlalu diperhatikan padahal keluarga tunangannya yang punya acara. Dia menetapkan hati bahwa dia benci Dinaya dan tidak akan tinggal diam mulai sekarang. Tangan Salsa mengepal kuat ketika adegan Irfan menarik Dinaya dan meninggalkan ruangan ditonton olen semua orang dan tentu saja tepat di depan matanya. Dia yang hadir sebagai tunangan Irfan, sangat malu ditinggal begitu saja.

"Lepas!!" Tarikan Irfan lepas hanya sekali sentakan oleh Dinaya. Dia kesal Irfan menjadi pemaksa seperti sekarang.

"Kita harus bicara. Ga disini. Ikut aku!" Lagi, Dinaya merasa tidak dihargai karena Irfan menariknya dengan paksa.

"Lepas!!" Kali ini suara bass yang tajam dan dingin.

"Ari, saya harus bicara berdua dengan kakakmu" Irfan kembali berusaha menggapai tangan Dinaya yang sudah lepas dari tarikannya. Tapi Ari dengan sigap menyembunyikan Dinaya dibelakang punggungnya.

"Bicara disini atau ga sama sekali" masih dengan aura dingin dan mengintimidasi, Ari menatap tajam pada Irfan.

Irfan menarik napas, beberapa orang yang keluar aula mulai berbisik-bisik melihat sikap tidak profesional Irfan yang meninggalkan acaranya sendiri.

"Apa hubunganmu sama Yudha?" Irfan bertanya pada Dinaya dengan suara dibuat setenang mungkin.

"Dia calon kakak ipar saya kalau anda mau tau"

Dinaya melotot dan refleks mencubit lengan Ari. "Awww!!"

"Enak aja kalo ngomong! Ide dari mana lo?" Dinaya maju berdiri ke samping Ari lalu menoleh dengan wajah datar kepada Irfan.

"Terakhir kita ketemu, gw ga sempat ngasih tau kalau sodara lo itu orang stress yang jadi penguntit gw. Hubungan? Memang keliatannya hubungan gw sama dia kayak apa dimata lo?"

Dinaya melupakan bahwa dia seharusnya bersikap elegan karena masih berada dilingkungan formal, tapi emosinya yang ditahan sejak lama akhirnya membuat dirinya lupa kalau sekarang dia masih mengenakan dress cantik itu.

Irfan diam memperhatikan sikap Dinaya yang berubah dari Dinaya yang elegan dan tenang, sekarang berubah menjadi emosian dan kasar. Apa semua ini karena dirinya?

"Jadi sekarang penguntit teriak penguntit?" Senyum miring Yudha terlihat jelas oleh Dinaya ketika cowok itu berjalan dari belakang Irfan.

"Ga usah ikut-ikutan!" Dinaya menyipit berharap cowok itu mengerti maksud isyaratnya. Dengan adanya cowok itu, keadaan hanya akan menjadi makin kacau. Jujur saja, Dinaya sudah sangat malu diperhatikan banyak orang seperti sekarang, tapi emosinya tidak bisa dikendalikan lagi melihat wajah Irfan.

"Bukannya dari awal nama gw yang disebut?"
See! Dinaya ga salah sangka kalau di Yudha hanya akan menambah panjang masalah.

"Ya udah! Kalau gitu lo yang jelasin sama dia. Dan lo!" Dinaya menunjuk Irfan. "Lo ga berhak bertanya tentang urusan pribadi orang lain. Mungkin kali ini karena dia sepupu lo, tapi lain kali lo memperlakukan gw kayak tadi hanya karena cemburu buta, gw bakal nganggap lo orang jahat yang harus dikasih pelajaran" Dinaya menarik tangan Ari dan keluar dari lingkungan aula. Hatinya perih dan emosinya belum bisa reda. Dia tidak mau air matanya dilihat oleh banyak orang, makanya dia melarikan diri.

"Brengsek!!" Dani hampir melayangkan tinjunya pada Irfan kalau saja Yudha tidak menahannya. Kerumunan makin bertambah melihat keributan itu apalagi yang sedang ribut adalah pemilik acara.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang