Biarkan aku menyerah, kamu tidak akan tahu bagaimana rasanya bertahan untuk mempercayai seseorang bahkan ketika kamu disakiti tidak sekali
Dinaya feriawan
Tok... tok...
"Selamat malam bapak ibu, silahkan masuk" ART di rumah Dinaya mempersilahkan keluarga Wijaya masuk ke rumahnya.
"Aduh mbak,,, maaf saya ga nyambut di depan tadi. Lagi repot di dapur. Anak gadis ga bisa ngebantu di dapur karena belom pulang kerja. Katanya lembur, tapi bentar lagi kayaknya pulang" mama yang tadinya bergulat di dapur, segera menuju ruang tamu setelah ART menyampaikan kedatangan keluarga Wijaya.
"Iya mbak, gapapa. Seharusnya kita yang minta maaf bertamu dadakan gini" Welly merasa tidak enak kepada mama Dinaya.
"Iya mbak, kita minta maaf karena dadakan. Oh ya, mas Feriawan nya ada?" Kali ini Wijaya yang berbicara.
"Haduhh kayak sama siapa aja kalian ini" tangan mama mengibas-ngibas di depan wajahnya sambil tersenyum ramah. "Bentar saya panggil orangnya.." mama berdiri tapi kaget ketika berbalik hendak memanggil Papa Dinaya. Tiba-tiba saja orangnya sudah muncul di ruang tamu.
"Nyari papa ya?" Goda Feriawan pada istrinya.
"Ehm.. paa ngagetin mama tau ga!"
"Papa minta maaf, hehe"
"Aduhh makin mesra yaa" Welly tersenyum menggoda mama Dinaya.
"Harus dong, makin tua makin mesra" kedipan papa membuat mama mencubit lengan suaminya.
"Genit"
"Hahahahaha" semua yang ada di ruang keluarga tertawa lepas.
"Ehm, emm mbak dan mas feriawan. Sebenarnya tujuan kita kesini mau ngomongin masalah anak-anak. Irfan dan Dinaya" ucapan Wijaya membuat semua orang menghentikan tawanya dan kembali serius.
"Oh iya, saya rencananya juga mau ngomongin itu. Saya ga pernah lagi mendengar kabar Irfan dari Dinaya sejak kejadian malam itu. Irfan udah nemuin saya di kantor, dia minta maaf atas malam itu dan berkata tetap akan memperjuangkan Dinaya. Saya angga sama dia yang punya sikap gentleman" Feriawan menceritakan kedatangan Irfan seminggu yang lalu ke kantornya.
"Iya, dia juga udah cerita sama kami. Tapi setelah hari itu tiba-tiba Irfan berubah lagi menjadi murung dan makin dingin. Entah apa yang terjadi, dia tidak pernah cerita kepada kami. Sampai sekarangpun dia malah mempersibuk diri dengan pekerjaan dan makin jarang pulang ke rumah. Saya khawatir perubahan sikapnya ada hubungannya dengan masalahnya bersama Dinaya."
"Ya Allah.. maafin aku, aku pikir mereka baik-baik aja sejak mas Feriawan cerita Irfan mau memperjuangkan Dinaya. Soalnya Dinaya ga pernah berubah di rumah. Akupun ga berniat bertanya lagi, dan omongan Wijaya mengingatkan aku kalau Dinaya memang tipe orang yang sangat pintar mengontrol emosi walau punya masalah seberat apapun. Mungkin hanya Ari yang bisa menebak Dinaya karena mereka memang sangat dekat"
"Apa kita ajak semua anak-anak untuk kumpul dan bicarakan masalah ini? Karena kalau ini terus berlanjut, aku takut Irfan balik lagi ke masa kelamnya dulu dan Dinaya malah stress karena memendam masalahnya" Welly dengan raut wajah dan nada bicara yang penuh kekhawatiran hanya bisa menggenggam tangan suaminya.
"Kalau begitu suruh Irfan ke sini dan Dinaya saya suruh pulang secepatnya, begitupun Ari dan adiknya" Feriawan bertindak cepat dan langsung menelpon Dinaya. Begitupun dengan Wijaya langsung menelpon anaknya.
30 menit berlalu...
Semua orang telah berkumpul di ruang keluarga kediaman Feriawan.
Sejak kedatangannya Irfan hanya diam dengan ekspresi datar, begitupun Ari. Dia yang dinas luar selama seminggu dan tidak bisa mengetahui kabar, baru bisa melihat keluarganya semalam dan pulang kerja ini dia malah mendapatkan wajah-wajah suram. Dia mulai menebak-nebak apa yang terjadi. Perkiraannya selalu tepat, Irfan dan Dinaya sedang bermasalah, lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/177330008-288-k914580.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Possesive Bro (End)
Ficción GeneralSiapa sangka seorang Dinaya Feriawan, dokter cantik, elegan dan sangat seksi itu masih menjomblo selama 25th hidupnya, alias jomblo seumur hidup. Bukannya dia punya kelainan soal percintaan, dia mau dan ingin. Hanya saja Perjuangannya selalu terhamb...