15

1.9K 104 2
                                    

"Belum ada kata selesai diantara kita, dan aku tidak akan semudah itu memutuskan hal yang akan aku sesali seumur hidup"

Irfan

Dani terbelalak melihat cewek elegan, sexy dan sangat cantik di depannya. Pakaian Dinaya yang pas di tubuhnya memberi kesan sexy dan elegan tapi tidak bitchy.

Rambut panjang Dinaya digerai dan bagian ujungnya sedikit diikalkan. Make up tipis dan lipstick berwarna bibir membuat Dinaya terlihat lebih fresh dan kecantikannya bertambah.

Dani tersadar dari keterperagahannya ketika Dinaya menepuk jidatnya dengan slingbag maroon yang sedang ditenteng Dinaya.

"Sumpah lo cantik, gw ga bo'ong" Dani mengikuti langkah Dinaya menuju loby hotel. Sopir sudah menunggu disana untuk mengantar mereka ke acara reunian yang diadakan di salah satu hotel bintang lima di kota ini.

"Pesona gw bisa luntur lo liatin mulu" ucap Dinaya setelah mobil melaju meninggalkan hotel. Dia sengaja menyindir Dani yang terus menatapnya sejak naik mobil.

"Ga bakal, gw jamin. Bahkan kalaupun pesona lo gw sentuh ga bakal nempel di tangan gw saking permanennya" Dani masih memperhatikan wajah Dinaya dari samping. Dinaya hanya mendengus geli.

Beberapa menit berlalu tapi tatapan Dani masih terkunci pada Dinaya. Awalnya Dinaya hanya mendiamkan tapi lama-lama dia merasa jengah.

"Kalau mata lo gitu terus gw jamin besok-besok lo ga bakal pernah liat gw kayak gini lagi"

"Eh! Jangan gitu dong. Iya gw nyerah. Tapi susah! Sumpah" Dani mengarahkan wajahnya kedepan tapi kepalanya dengan refleks lagi-lagi menoleh ke arah Dinaya.

"Lo mau nguji omongan gw tadi?" Ucap Dinaya kesal sambil menatap tajam tepat ke mata Dani. Dani tersentak. Antara rela dan tidak rela dia berusaha memalingkan wajah dari Dinaya. Percayalah dia tidak bohong kalau pesona Dinaya memang menarik otak dan matanya.

"Bagus" Dinaya tersenyum singkat. Dinaya memperhatikan jalanan di depan tapi matanya menangkap mata Dani yang curi-curi pandang kepadanya melalui kaca spion mobil. Mata mereka bertemu, Dinaya menatap garang dan Dani cepat-cepat memalingkan tatapannya seperti keciduk melakukan kesalahan yang besar.

Dalam hati, Dinaya mengakui kalau dirinya sedikit terhibur dengan tingkah Dani yang memang sangat berbeda dari pertama dia kenal. Dani yang kalem sudah berubah jadi ekspresif, malah sekarang jadi berlebihan. syukurnya sikap Dani sekarang sedikit dapat menghibur Dinaya.

"Yakin cuma reunian kecil-kecilan?" Dani memperhatikan gedung hotel bintang 5 dihadapannya. Dilobi sudah banyak karangan bunga yang memberi sambutan pada alumni SMP Dinaya.

"Gw juga ga tau. Digrup dibilangnya reunian biasa sih" Dinaya juga kaget dengan sambutan karangan bunga di loby hotel yang sudah seperti acara nikahan. Untung dress yang dipakai Dinaya masih terkesan semiformal jadi dia tidak canggung kalau berada di tengah acara besar.

"Kayaknya alumni lo orang sukses semua deh" tebak Dani. Dinaya mengangguk membenarkan.

"Dinayaa!!!!" Cewek cantik berambut sebahu tiba-tiba memeluk Dinaya setelah berlari kecil. Dinaya yang kaget langsung terhuyung kebelakang. Beruntung Dani dengan cekatan langsung menahan punggung Dinaya agar tidak tumbang.

Dinaya melepaskan pelukannya begitupun dengan cewek itu. Dinaya memperhatikan cewek yang senyam senyum dihadapanya saat ini. Wajah oval, hidung mungil, bibir mungil tapi bermata besar dan tahi lalat dipelipis ... kanannya? Dinaya membelalak

"Tata? Eh ini beneran tata?" Dinaya memegang wajah cewek yang diperkirakannya adalah sahabatnya waktu SMP. Sahabat senasib seperjuangan yang sering dibilang kembarannya saat SMP. Salah satu kesamaan mereka ya itu tadi, tahi lalat di pelipis kanan.

Me and My Possesive Bro (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang